Seseorang, Boleh Kasih Gue Ide Judul Artikel yang Romantis Tapi Nggak Cheesy?

Ditulis oleh Felix Martua, Penulis Buku Seri Urban Romance: November

Yuk, bagikan artikel ini!

Terus terang aja, gue enggak nyangka gue malah harus menceritakan proses penulisan November dengan cara ngetik sendirian di Microsoft Word sambil sedikit-sedikit ngintip klip terbaru The Voice US. Khayalan awal gue adalah gue bakal menceritakan kisah sekali seabad ini di hadapan kamera SONY PXW-Z90 Camcorder sembari dihujani serentetan pertanyaan sulit oleh Tommy Tjokro—seperti “Apakah November ditulis berdasarkan hidup Anda? Jika demikian, apakah hidup Anda memang setragis dan seromantis hidup November? Apakah saya sendiri harus merasa khawatir, Felix Martua?”

Oh, well. Tidak ada yang sempurna. Kang Tjokro, Felix says Hi.

Gue pertama kali menulis naskah awal November pada Sabtu, 17 November 2018, persisnya pukul 19.03 WIB. Gue berani bersumpah bahwa, pada awalnya, gue setulus-tulusnya cuma kepengin menulis sesuatu yang oh so sweet dan enggak bikin mikir. Ini hanyalah semacam hobi baru yang mungkin bisa mencerahkan sedikit akhir pekan gue dan, lagi pula, seluruh anggota keluarga selalu menasihati gue buat menjadi “lebih produktif”.

Baca juga: Budi Darma, Sastrawan yang Tak Bisa Menulis Kisah Manis

Anyway, aktivitas menulis enggak keluar biaya dan kalau tulisan gue jelek, ya siapa lo tiba-tiba ngebuka laptop gue? Mudah juga buat menarik kesimpulan bahwa, pada kala itu, gue enggak pernah serius mempertimbangkan menjadi penulis profesional. Gue emang suka nulis dan, entah kenapa novel Haruki Murakami bisa bikin gue bergadang sampai subuh, tapi jadi penulis sungguhan? Ini bukan masalah skill, melainkan lebih ke masalah personality aja. Para pencipta kayak Djenar Maesa Ayu dan Eka Kurniawan selalu tampak genius dan misterius di mata gue, sedangkan gue baru aja nonton enam klip blind auditions-nya The Voice US sebelum gue bisa mencapai literally ujung kalimat ini. Gue yakin orang genius kayak Eka Kurniawan pasti nontonnya The Voice Indonesia. Beliau pasti lebih mengapresiasi produk anak bangsa.

Sori, sampai di mana gue tadi?

Ah, iya! Gue seharusnya menceritakan petualangan gue dalam menulis salah satu romansa epic terbaik sepanjang sejarah kesusastraan Indonesia (setelah mengetikkan kalimat barusan, gue bisa mendengar suara Marga T ngeblokir WhatsApp gue). Gue menulis November dalam waktu kurang lebih tiga bulan dan banyak yang terjadi di dalam realitas gue. Gue masih enggak berani cerita banyak, tapi basically hidup gue kala itu bisa banget menginspirasi album terbaru Tulus hingga versi deluxe edition. Nggak kerasa, 31 Januari 2019 akhirnya tiba dan gue udah masak 266 halaman novel fiksi yang enggak tahu mau gue apain. Bahkan, hingga tanda baca terakhir, gue masih belum punya keberanian buat menjadi penulis profesional.

“Tapi, Felix, lo kan satu almamater sama Tere Liye dan Andrea Hirata! Lo ditakdirkan menjadi seorang penulis! Ngapain lo sok humble, sih?” Oke, itu masuk akal …, tapi kemudian gue baca di Internet kalau Tere Liye sanggup menerbitkan novel dua bulan sekali dan Monsieur Hirata sanggup menulis satu draf novel hanya dalam waktu sembilan hari. Sembilan hari! Itu durasi yang gue butuhkan waktu pertama kali belajar cara pakai Spotify! Jadi, iya, gue dan Liye dan si Jaka Tarub dari Sorbonne basically adalah The Holy Trinity of Literature karena kami pernah makan ayam kremes yang sama pas nunggu kuliah Pengantar Ekonomi 2.

Baca juga: Dari Menyehatkan Pikiran dan Mental Hingga Melatih Sikap, Inilah Beberapa Manfaat Membaca Novel Thriller

Gila, gue ngeracau off-topic lagi. Gue secara pribadi menyalahkan editor gue.

Singkat kata, novel gue yang bertajuk November menceritakan tentang seorang manusia bernama November Ralin. Mungkin sudah ada pembaca yang menyadari bahwa November Ralin berasal dari lagu “November Rain” yang secara random dikasih huruf L (gue udah bilang di atas bahwa gue bukan genius!).

Siapa itu November Ralin, lo nanya? Oke, November Ralin itu adalah sosok yang neurotic, sarkastik, kebanyakan mikir, enggak sensitif, mungkin enggak terlalu feminis juga (yap, gue baru aja denger suara Ayu Utami ikutan ngeblokir gue), punya selera humor yang so dark, tapi … tapi … tapi … gue mencoba menciptakan elemen suspense (sumpah, gue benci nulis artikel), jadi, entah gimana caranya, November Ralin berhasil menarik perhatian lima lelaki menakjubkan sepanjang hidupnya dan setiap lelaki itu menambahkan bab yang melankolis-romantis dalam hidupnya. Masalahnya adalah, loncat ke masa sekarang dan si cewek aneh ini ternyata masih menjomlo! What went wrong? Gue sendiri sebagai penulisnya juga bertanya-tanya: What went wrong, Nov? Lima cowok keren lalu lalang di hidup dia dan doi malah pilek sendirian di apartemen mungilnya?! Tanpa ada yang nemenin sama sekali? Ck, ck, ck ….

Biar gue jembrengin sedikit semua opsi cowok ganteng yang November Ralin punya:

OPSI PERTAMA: Fredio Mikaela alias cinta pertama zaman SMA. Semua orang selalu bilang bahwa masa SMA itu yang paling indah, tapi loncat sepuluh tahun kemudian, are you sure?

OPSI KEDUA: Laksamana Viktor. Atasan langsung November pas masih kerja di bank. Doi orangnya dingin dan bengis dan keji, tapi sedikit trivia aja: editor gue paling kesengsem sama Laksamana Viktor. Baca novelnya and then you’ll know why GYA-HAHAHAHAHA!

OPSI KETIGA: Dioffan, teman online yang menjadi cahaya pelita pada hari-hari terburuk November. “Hari-hari terburuk apa maksudnya, Lix?” Wah, ketahuan nih hidup lo enggak pernah susah. Cih ….

OPSI KEEMPAT: sosok blasteran dengan julukan “CLOUD” yang entah kenapa selalu berpapasan dengan November sepanjang hidupnya. Mungkin ini terasa enggak realistis buat kebanyakan orang, tapi ini bener-bener terjadi banget di hidup gue November.

OPSI KELIMA: Sebastian Bara. Yap, yap, yap …. Gue eja sekali lagi: Se-bas-ti-an BA-RA! Nama. Menjelaskan. Kepribadian! Orang-orang kayak Sebastian Bara yang menginspirasi orang-orang kayak Sherina buat jadi musisi.

Nah! Dari lima opsi di atas, siapa yang akhirnya akan dipilih oleh November? Apakah November dapat menemukan cinta sejatinya? Atau, jangan-jangan, semua ini sejak awal bukanlah mengenai cinta? Wow, banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab. Gue enggak melarang lo-lo pada buat pakai novel November gue sebagai sontekan. Sekedar saran: gue serius, mending lo beli novelnya dan coba dihayati setiap halamannya karena lo enggak akan mau jadi one of those sad people yang nonton versi filmnya sambil pura-pura tahu apa yang bakal terjadi di ending-nya (yap, Ika Natassa juga baru ngeblokir WhatsApp gue).

Baca juga: 5 Buku Bagus dengan Pelajaran Hidup Terbaik yang Gak Boleh Kamu Lewatin!

Tidak terasa kita sudah berada di ujung artikel promosi ini (buat gue, sih, kerasa banget. Nulis itu susah, ya, ternyata?) Gue mulai menulis artikel ini pada Senin, 7 Oktober 2019 dan (asli, gue enggak bercanda buat yang satu ini) barulah pada hari ini, gue mendeklarasikan kalo gue resmi memulai petualangan gue sebagai penulis sungguhan (gue ketik bold saking seriusnya). Yap, gue bisa membayangkan ibunda gue yang tercinta langsung mimisan begitu membaca kalimat tadi. Dengan segenap doa dan selera humor gue yang mengerikan, gue berharap November bisa bikin lo-lo pada ketawa, nangis, galau, marah, bingung, malu, takut, terharu, mungkin mengajarkan satu-dua hal, dan mungkin juga nemenin lo selagi nunggu kuliah Pengantar Ekonomi 2. November adalah hasil dari kesepian gue, kegalauan gue, kesulitan gue (dan, my God, nulis itu bener-bener susah banget, ternyata) …, tapi gue mencintai yang namanya menulis. Gue cinta November Ralin dan gue cinta menulis. Oleh karenanya, gue juga berharap semoga kalian, wahai calon pembaca sekalian, juga mencintai November Ralin—bahkan ketika November Ralin kesulitan mencintai dirinya sendiri.

Sekarang, gue harus permisi sebentar. Ada beberapa orang yang harus gue bujuk buat unblock.

 

 

Salam cinta dan salam gila,

Felix Martua

Senin, 7 Oktober 2019

(IG: @felixmartuaofficial)