Search
Close this search box.

Ketakutan Donald Trump

Ditulis oleh ,

Yuk, bagikan artikel ini!

“Kekuatan yang sesungguhnya adalah rasa takut.”

Demikian yang disampaikan Donald Trump dalam wawancara dengan Bob Woodward dan Robert Costa pada 31 Maret 2016 di Old Post Office Pavilion, Trump International Hotel, Washington DC.

Fear yang disusun oleh Woodward, menggambarkan karakter presiden Amerika ke-45 yang cenderung emosional, meledak-ledak, tak dapat ditebak, dan cenderung masa bodoh; semua tergambar dalam setiap kebijakannya. Seolah membuktikan keyakinan pada ucapan Trump yang kontroversial, seluruh geraknya menimbulkan ketakutan, tak hanya di kalangan staf Gedung Putih–yang harus siap siaga mengatasi kekacauan yang ia buat–dan masyarakat Amerika, tetapi juga masyarakat dunia. Padahal usianya sudah memasuki angka 73 tahun.

Trump lahir dan dibesarkan di wilayah Queens, New York City, dan menerima gelar ekonomi dari Wharton School. Ia mengambil alih bisnis real estat keluarganya pada 1971, lalu menamainya Organisasi Trump, dan memperluasnya sedari Queens dan Brooklyn ke Manhattan. Perusahaan ini membangun-merenovasi gedung pencakar langit, hotel, kasino, dan lapangan golf. Trump kemudian memulai pelbagai usaha sampingan, kebanyakan dengan melisensikan namanya. Ia mengelola perusahaan hingga jelang pelantikannya sebagai Presiden Amerika pada 2017.

Trump juga ikut menulis beberapa buku, termasuk The Art of the Deal. Sempat pula memiliki kontes kecantikan Miss Universe dan Miss USA dari tahun 1996 hingga 2015; memproduksi serta menjadi pembawa acara The Apprentice, sebuah acara televisi realitas (2003 hingga 2015). Forbes memperkirakan kekayaan bersihnya mencapai $ 3,1 miliar. Fantastis.

Trump memasuki pemilihan presiden 2016 sebagai seorang Republikan dan mengalahkan 16 kandidat lain dalam pemilihan pendahuluan. Komentator politik Amerika menggambarkan posisi politiknya sebagai populis, proteksionis, dan nasionalis. Ia terpilih dengan kemenangan mengejutkan atas calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Trump menjadi Amerika tanpa dinas militer atau terjun dalam tugas pemerintahan.

Foto: theatlantic.com

Pemilihan dan kebijakan Trump telah memicu banyak protes. Ia telah membuat banyak pernyataan yang salah atau menyesatkan selama kampanye dan kepresidenannya. Pernyataan-pernyataan tersebut sudah didokumentasikan oleh pemeriksa fakta, dan media telah secara luas menggambarkan fenomena ini sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik Amerika. Banyak komentar dan tindakannya juga ditandai dengan tuduhan rasial atau rasis.

Selama masa kepresidenan Trump, Pemerintah Amerika melarang bepergian bagi warga negaranya ke beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, dengan alasan masalah keamanan. Ia memberlakukan paket pemotongan pajak untuk individu dan bisnis, yang juga membatalkan mandat asuransi kesehatan individu dan mengizinkan pengeboran minyak di Suaka Arktik.

Trump menunjuk Neil Gorsuch dan Brett Kavanaugh ke Mahkamah Agung. Dalam kebijakan luar negeri, ia menarik Amerika dari negosiasi perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik, Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, menggugat eksistensi NATO; dan kesepakatan nuklir Iran. Ia mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, mengenakan tarif impor pada beragam barang, memicu perang dagang dengan Cina; dan memulai negosiasi dengan Korea Utara menuju denuklirisasi.

Buku ini mengungkapkan dengan rinci ketegangan dalam Gedung Putih, yang belum pernah terjadi sebelumnya: keputusan militer yang diumumkan lewat Twitter, kebijakan luar negeri Korea Utara dan Afghanistan yang memicu perang; reformasi pajak; aturan perdagangan dan penentuan tarif yang memengaruhi ekonomi global.

Gambar: Washington Times

Dalam era ‘fakta alternatif’ dan kicauan mengenai ‘berita palsu’ yang bersifat korosif, Woodward seolah tambang emas kebenaran yang meledak secara mencengangkan, menakjubkan. Penulis cum jurnalis ini, juga pembongkar skandal Water Gate di era Nixon, peraih dua Pulitzer Prize dan penulis buku delapan presiden Amerika sebelumnya–menuliskan ulah Trump berdasarkan data dari ratusan jam wawancara dengan sumber tangan pertama, catatan rapat, buku harian pribadi, dan dokumen.  

Kronik yang dirangkai dalam Fear, merupakan potret mengerikan dari keberadaan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Woodward membeberkan secara lengkap tentang bagaimana terguncangnya tim keamanan nasional Amerika Serikat akan ketidaktahuan Trump mengenai segala urusan dunia, dan penghinaannya terhadap sudut pandang para jenderal militer dan intelijen.

Kala membaca buku ini, kita seperti menelusuri laporan pandangan mata mencengangkan mengenai Presiden Trump yang bisa menjadi bagian dari sejarah suram yang digambarkannya. Tulisan Woodward ini bukan hanya kisah dari seorang presiden yang punya banyak kekurangan, tetapi juga, pada akhirnya, cerita mengenai apa yang dilakukan orang-orang di sekeliling Trump untuk menghadapinya.

Foto: biography.com

Fear adalah karya terbaik Woodward, reporter investigasi klasik dengan keahlian dalam mengangkat hal-hal subtil dan kemampuan luarbiasa untuk memastikan cara pandang para pemain kunci, terukir dalam sejarah. Dikeluarkan tepat pada saat bangsa Amerika lelah oleh serbaneka peristiwa memusingkan dan hingar-bingar kicauan di Twitter. Buku ini mencoba menilai bahaya yang mengancam demokrasi akibat seorang presiden yang mendobrak segala norma dan merendahkan institusinya sendiri.”

Woodward menggambarkan Gedung Putih pada era Trump sebagai operasi yang begitu rumit, berbahaya, dan sering kali tak terkendali. Buku ini telah mengobrak-abrik pemerintahan Amerika dan presidennya, antara lain karena jelas bahwa sang penulis telah berbicara dengan begitu banyak pejabat aktif dan purnatugas.

Dari sekian banyak dinamika mengejutkan dalam 478 halaman yang disuguhkan Woodward tentang presidennya yang sedang menjabat, ternyata ada hal unik yang bisa kita jadikan pelajaran.

“Menurut saya, Anda selalu bersikap adil,” begitu yang dihaturkan Presiden Donald J. Trump, dalam percakapan teleponnya dengan Bob Woodward. [Ren Muhammad]