Search
Close this search box.

Di Balik Penerbitan Once, Hope, Begins

Ditulis oleh Minou, Admin Noura

Yuk, bagikan artikel ini!

Awalnya, proyek kepenulisan ini diberi nama Prolog-Monolog-Epilog, dengan konsep tiga saudari dengan variasi umur dari remaja berumur belasan, gadis berusia 20-an, dan wanita 30 tahunan. Prisca Primasari adalah penulis pertama yang setuju untuk bergabung karena temanya yang cocok dengan rencana perjalanannya ke luar negeri yang kemudian menjadi latar cerita Hope. Lalu, Citra Novy yang suka menulis kisah-kisah remaja dan Titi Sanaria yang terkenal karena gaya metropopnya resmi melengkapi proyek ini.

Proyek berjalan lancar dan ketiga penulis yang sudah profesional ini menyelesaikan naskah mereka dengan cepat tanpa perlu diskusi berlarut-larut. Terciptalah tiga bersaudari Salena, Anna, dan Kessa yang masing-masing memiliki kepribadian berbeda. Salena yang dingin dan jarang tersenyum, Anna yang introver dan bersuara lirih, serta Kessa si sulung yang suka traveling dan berusaha menyenangkan hati semua orang karena takut dikhianati. Apa yang menyatukan ketiga perempuan ini? Fakta bahwa orangtua mereka bercerai karena sang ayah yang berselingkuh.

Three sisters, three stories, one hope to begin with. Harapanlah yang menjadi benang merah cerita. Harapan Salena untuk menerima ayahnya kembali dalam hidupnya, harapan Anna untuk kesembuhan mantan tunangannya, harapan Kessa untuk menyembuhkan luka hatinya. Dalam prosesnya, mereka bertemu orang-orang yang istimewa dan tempat-tempat yang luar biasa.

(Baca juga: War Storm: Parade Wanita-Wanita Tangguh)

Once merupakan kisah ringan ala remaja yang tak hanya lucu dan menghibur, tetapi juga akan membuat pembaca merenung akan cara pandang mereka terhadap beragam hal. Beberapa kutipan tetap melekat di kepala, seperti “Semua hal yang tidak ingin kamu ingat adalah hal yang paling sulit kamu lupakan,” atau “Dia selalu ada buat lo untuk apa? Bikin lo bangkit atau sama-sama menikmati rasa sakit?” Buku ini mengajarkan bahwa memaafkan bukan berarti melupakan, melainkan hanya sekadar mengizinkan diri sendiri untuk menghapus rasa sakit.

Hope, di sisi lain, sesuai dengan judulnya, merupakan perwujudan harapan yang sungguh-sungguh, pengorbanan seorang gadis yang rela melakukan apa saja demi pria yang dicintainya, yang tengah sakit parah. Anna pergi jauh-jauh ke Austria, bahkan sampai berhenti dari pekerjaannya, untuk secercah harap akan kesembuhan Bintang, mantan tunangannya. Keindahan Vienna tidak mampu menjadi penawar akan kemungkinan akhir kisah yang buruk di depan mata. Apakah halangan yang Anna hadapi mampu menghentikan perjuangan gadis itu? Mungkin ya. Mungkin juga tidak.

(Baca juga: 4 Pelajaran Cinta dari Seri Red Queen)

Begins bercita rasa lokal. Dilema seorang wanita berusia awal 30-an yang baru saja diputuskan kekasihnya setelah enam tahun bersama. Kesukaannya ber-traveling membuatnya yakin bahwa mengambil cuti sebulan untuk berkeliling Indonesia Timur akan berhasil menyembuhkan patah hatinya. Sayang sekali yang menjadi teman seperjalanan Kessa adalah Narendra, fotografer National Geographic yang terlalu tampan dan mengguncang kendali dirinya yang masih goyah. Masalahnya, Narendra adalah pelarian yang berbahaya karena pria itu anti terhadap segala bentuk romansa. Hal terburuk yang bisa terjadi? Kessa patah hati untuk kali kedua dalam hitungan bulan saja.

(Baca juga: Hello Goodbye: Prosa & Puisi Sederhana yang Bernilai Maut)

Keindahan Indonesia Timur begitu kental terasa dalam Begins. Titi Sanaria akan mengajakmu mengintip sudut-sudut cantik yang jarang dibahas, dari Makassar hingga Papua, hanya dengan membalik halaman demi halaman bukunya. Meski kemungkinannya kamu akan tergoda juga akan pesona Narendra, seperti yang dialami Kessa. Sepadan dengan risikonya, sungguh.

Setelah membaca ketiga buku ini, semoga kamu kembali berani berharap, bagaimanapun akhirnya. Because once hope begins, life is suddenly full of springs.[Yuli]