Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakri bukan hanya simbol cinta, tetapi dia adalah cinta itu sendiri. Dan jika, “cinta adalah jembatan antara dirimu dan segala sesuatu,” seperti dalam puisinya. Maka, Sang Maulana juga adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang, Muslim dan nonmuslim, Timur dan Barat, sang pencinta dengan yang dicinta, pengasih dengan yang dikasih di mana pun mereka berada, tanpa mengenal batas wilayah, ras, dan agama.
Sebagaimana Attar, Rumi membubung ke puncak kesempurnaan, bersinar secemerlang matahari pagi. Hingga saat ini, di berbagai penjuru dunia, puisi-puisi Rumi terus dikaji, diselami, dan dirayakan seperti hidangan lezat di atas meja yang tak akan pernah habis. Ajaran-ajaran cinta Sang Penyala Api Ilahiah ini menjelma mutiara kearifan yang mampu menembus relung-relung jiwa setiap manusia, bahkan meskipun dia seorang awam. Oleh karena itu, bait-bait agungnya semerbak di sudut-sudut mana pun. Baik di puncak-puncak gading para penyair dan penyelam sufi, maupun di emperan-emperan para penikmat lalu. Sebab, kelezatannya bisa diraih dengan cara dikunyah secara intens dan mendalam maupun hanya sekadar mencicipinya saja.
Oleh karenanya sangat lumrah jika puisi-puisi Rumi juga bisa menjadi inspirasi bagi sebagian selebriti di dunia hiburan yang notabene menjadi simbol keglamoran dan kefanaan duniawi. Sebut saja Beyoncé Giselle Knowles dan Shawan Corey Carter (Jay Z), pasangan penyanyi sekaligus aktris/aktor Amerika Serikat. Pada 2017, pasangan ini dikaruniai dua orang anak kembar yang mereka beri nama Rumi Carter dan Sir Carter. Nama Rumi diambil dari nama Maulana Jalaluddin Rumi, penyair favorit mereka berdua, sebagaimana yang mereka katakan saat diwawancarai oleh Elliot Wilson dan Brian Miller, “Rumi adalah penyair favorit kami, jadi (nama) itu kami ambil untuk putri kami.” Sedangkan Sir, lanjutnya diambil dari diksi puisi Rumi favorit mereka, Bring the pure wine of love and freedom. But Sir, a tornado is coming …, demikian potongan puisi tersebut.
Baca Juga: 5 Aktor Terkenal yang Juga Penulis Buku
Lain Beyoncé lain pula dengan Madonna, sang Ratu Pop Amerika ini selalu merasa mendapat “sesuatu” setiap kali selesai membaca puisi-puisi Rumi. Oleh karenanya, perempuan yang dinobatkan sebagai penyanyi perempuan tersukses sepanjang zaman tersebut dan beberapa teman selebritinya, Demi Moore dan Goldie Hawn, suka sekali jika diundang untuk membacakan puisi-puisi Rumi di depan publik. Itu membuat mereka merasa bahagia.
Di Eropa kita mengenal Chris Martin, personel grup band Coldplay yang sangat terinspirasi oleh puisi-puisi Jalaluddin Rumi, terutama saat dia sedang merasa putus asa dan kehilangan arah dalam hidupnya. Pelantun lagu Paradise ini mengatakan bahwa dia telah menemukan ada yang salah dengan cara hidupnya selama ini, setelah membaca puisi-puisi Rumi dan buku Man’s Search for Meaning karya Victor Frankl. Chris juga mengaku bahwa puisi Rumi memiliki pengaruh sangat penting bagi dirinya terutama dalam mengubah cara pikir dan cara pandangnya terhadap kehidupan. Sejalan dengan itu, penulis kenamaan Annemarie Schimmel dalam The Triumphal Sun: A Study of The Works of Jalaluddin Rumi (1980) mengatakan bahwa Rumi adalah pembimbing siapa pun yang merasa terasing dengan dirinya sendiri. Rumi telah penyingkap rahasia terbesar dari cinta.
Berbeda dengan para selebriti, David Fideler—seorang doktor filsafat dan sejarah sains dari Pennsylvania—menggauli karya-karya Rumi seperti para penyelam menggauli lautan, intens dan mendalam. Menurutnya puisi-puisi Rumi yang diliputi rasa cinta terhadap Tuhan dapat menghentikan waktu di sekeliling pembacanya. Siapa pun yang menyelami dan mendalami puisi-puisi Rumi seakan-akan telah keluar dari dirinya dan meninggalkan sifat keduniawian. “Ingatlah Tuhan sebanyak-banyaknya hingga kau terlupakan/Biarkan penyeru dan Yang Diseru musnah dalam Seruan.” Oleh sebab itulah, meskipun Rumi telah meninggal 800 tahun yang lalu, tetapi puisi-puisinya selalu relevan di setiap zaman dan senantiasa menarik untuk dikaji dan dinikmati dari generasi ke generasi.
Kandungan filsafat dan tasawuf yang meliputi puisi-puisi Rumi mampu membawa setiap orang keluar dari kungkungan alam material menuju alam batiniah yang lebih sendu dan menentramkan. Oleh sebab itu, orang-orang mampu merasakan kebahagiaan, menemukan tempat yang tenang, dan berdialog akrab serta hangat dengan dirinya sendiri. “Rumi adalah pesona yang mengagumkan. Ajaran-ajarannya mengabadi di hati umat manusia, melintasi masa demi masa, menembus batas-batas negara, bahkan melampaui perbedaan suku, ras, dan agama. Jalan cinta yang dilaluinya adalah taman bunga yang sangat indah: siapa saja yang pernah memasukinya, ia akan menari di sana, hidup untuk selama-lamanya,” begitu kata A. Yusrianto Elga dalam esinya yang berjudul Anggur Cinta Maulana Rumi. Siapa pun diri kita, awam ataupun ahli, mendalam ataupun sekadarnya, kita mampu memasuki cakrawala tak bertepi dan menikmati hidangan cinta dalam setiap bait puisi-puisi Rumi. Setelah itu terserah kita apakah akan kita kunyah dalam-dalam atau hanya sekadar mencicipinya saja. (LK-07)
Baca juga: A Trump, Sebuah Kritik Pedas Terhadap Donals Trump