“Hanya karena formatnya pendek, bukan berarti picture books itu mudah untuk dituliskan,” kata Debbie Dadey dan Marcia Thornton Jones, dalam buku mereka yang berjudul Story Sparkers: A Creativity Guide for Children’s Writers.
Pernyataan Debbie dan Maria di atas bisa dibilang tidak berlebihan. Picture Books adalah salah satu karya sastra anak yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Untuk bisa menuliskannya, dibutuhkan keterampilan menulis yang mumpuni. Setiap kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam picture books harus diperhitungkan dengan sangat hati-hati. Segala macam bentuk detail yang tidak perlu harus segera dieliminasi. Intinya, proses penulisan picture books bukanlah proses penulisan sekali jadi, melainkan membutuhkan kerja keras dan latihan berkali-kali.
Itu sebabnya, saat ingin menerbitkan picture books, kami dari penerbit Noura Publishing tidak mau gegabah dan asal menerbitkan saja. Segala macam ilmu yang berkaitan dengan penerbitan picture books kami pelajari dengan sungguh-sungguh. Setiap lokakarya penulisan picture books kami ikuti dengan antusiasme yang tinggi. Dan, salah satu lokakarya yang kami ikuti adalah lokakarya yang diselenggarakan oleh Room to Read.
Baca juga: Mengapa Buku Anak Harus Bergambar?
Dari lokakarya itulah akhirnya kami mengetahui tentang karakteristik cerita-cerita yang terdapat dalam picture books, seperti penokohan tiga dimensi, struktur cerita awal-tengah-akhir, perangkat naratif, dan lain sebagainya. Kami juga mempelajari beberapa hal yang berkaitan dengan ilustrasi–salah satu elemen visual yang sangat penting dalam picture books. Harapan terbesar kami mempelajari itu semua adalah karena kami ingin menerbitkan picture books yang berkualitas.
Berbicara tentang kualitas, tentu saja kami tidak bisa asal mengklaim bahwa picture books yang kami terbitkan sudah berkualitas. Harus ada alat ujinya. Harus ada alat untuk menakarnya, salah satunya adalah dengan cara field testing. Uji langsung kepada para pembaca sasaran, yaitu: anak-anak.
Tujuan dari field testing adalah apakah kami sudah berhasil menerbitkan picture books yang cocok dan sesuai untuk anak-anak?
Begitulah. Selama tiga hari berturut-turut kami dari penerbit Noura Publishing pun mendatangi tiga sekolah yang berada di dekat kantor kami: Sekolah Citra Alam, SDN 01 Pagi Jagakarsa, dan SDN 01 Ciganjur. Di ketiga sekolah itulah kami menguji 5 buku picture books yang akan kami terbitkan: Kejutan Kungkang, Hus! Hus!, Sihir Otir, Aku si Penjaga Sawah, dan Niabai Sang Pemintal.
Baca juga: Curiosity House: Kolaborasi Ciamik Ayah-Anak Menulis Buku
Ada beberapa hal yang kami tanyakan saat field testing berlangsung, di antaranya: apakah ceritanya menarik, apakah terdapat kata-kata yang sulit, apakah ada ilustrasi yang tidak jelas gambarnya, apakah anak-anak mengerti dengan jalan ceritanya, dan beberapa pertanyaan lainnya.
Asal tahu saja, anak-anak adalah makhluk yang paling detail. Mereka mampu melihat kesalahan-kesalahan kecil yang sebelumnya tidak pernah disadari oleh orang dewasa. Ya, anak-anak adalah editor paling jeli sedunia. Mereka tidak segan-segan memberikan komentar, masukan, atau sekadar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cukup membuat kami berpikir: “Wah, iya, benar juga, ya.”
Baca juga: Membacakan Buku, Banyak Manfaatnya!
Setiap jawaban dan komentar yang anak-anak itu berikan kami catat baik-baik untuk nanti kami gunakan sebagai bahan revisi sebelum buku-buku itu kami terbitkan.
Dari pengalaman menjalani field testing ke sekolah-sekolah itulah akhirnya kami memahami satu hal: jika ingin menerbitkan picture books yang berkualitas, libatkan anak-anak dalam pembuatannya. Sebab, merekalah tujuan akhir mengapa kita menerbitkan picture books.[]
Sumber: https://medium.com/@noorhdee/menakar-kualitas-picture-books-dengan-field-testing-c04e2fca409c