Search
Close this search box.

Jangan Takut Kritik: Kisah Penolakan Naskah Para Penulis Terkenal (Bagian 2)

Ditulis oleh ,

Yuk, bagikan artikel ini!

Menjadi penulis terkenal, menerbitkan buku bestseller yang laris manis, namun masih ragu-ragu mengirimkan naskah ke penerbit?

FYI, inilah daftar penolakan yang diterima para penulis terkenal sebelum mereka menjadi terkenal. Bisa dilihat, di antara kalimat-kalimat penolakan itu tak jarang yang sungguh bikin sakit hati.

Kurt Vonnegut mengirim tiga contoh artikel ke Atlantic Monthly yang menolaknya dengan cukup halus dengan mengatakan ketiga artikel itu “Mengundang pujian, namun belum cukup menarik untuk dapat dimuat.” Belakangan, salah satu artikel itulah dikembangkan Vonnegut menjadi novel Slaughterthouse-Five, yang juga difilmkan pada 1972.

Editor yang menolak naskah Marcel Proust mengatakan, “Saya gagal paham mengapa orang memerlukan 30 halaman untuk menggambarkan kegelisahannya menjelang tidur.” Alasan yang mungkin cukup bisa diterima, karena novel Remembrance of Things Past yang kemudian berhasil terbit itu memang terdiri dari 1,5 juta kata.

Baca juga: Teori Psikoanalisis dalam Cerita Budi Darma

Mengirim naskah Lolita Vladimir Nabokov mendapat tanggapan yang cukup sadis. Editornya menyebut karyanya “…membuat saya mual, campuran dari realitas yang tak kelihatan dan fantasi yang mustahil. Saya sarankan naskah ini dikubur di bawah batu selama ribuan tahun.” Lolita terbit pada 1995, lebih cepat dari harapan sang editor.

“Anda tidak tahu bagaimana menggunakan Bahasa Inggris, ya,” ujar editor San Fransisco Examiner saat menolak naskah carpen Rudyard Kipling.

Hunter S. Thomson menyurati penulis biografinya, “Dasar pemakan sampah! Sudah aku bilang jangan menulis hal jelek tentangku!”

Sebelum menerbitkan Lady Chatterley’s Lover, D.H Lawrence harus mendengar rekannya mengatakan, “Demi reputasimu sendiri, jangan terbitkan novel ini.” Lawrence tentu saja tidak menuruti nasihat itu.

Seorang penerbit mengirim surat pada penerbit lain, “Anda menerima John le Carr—dia tak punya masa depan!”

“Lebih baik kamu tetap menjadi guru,” seseorang mengatakan hal itu saat Louisa May Alcott manuskrip Little Women. Menolak saran tersebut, Alcott menerbitkan novel yang menjadi bacaan klasik hingga 150 tahun kemudian.

Baca juga: Kisah Penolakan Naskah Para Penulis Terkenal (Bagian 1)

Menganjurkan revisi kepada F. Scott Fitzgerald, seorang editor mengatakan, “Novelmu akan lebih sopan kalau kau hilangkan karakter Gatsby.” Tentu saja ini tentang novel The Great Gatsby yang fenomenal itu.

“Kami tidak tertarik pada science fiction yang terkait dengan utopia negative,” begitulah editor sebuah penerbit menolak naskah Running Man karya Stephen King.

Sylvia Plath menerima dua kali penolakan dari editor yang sama untuk naskah The Bell Jar. Semula diserahkan di bawah nama samaran, naskah itu mendapat komentar, “Saya tidak mengerti apa yang dilihat (penerbit) Heinemann dalam novel debutan ini. Yang pasti penulisnya tidak cukup berbakat dan tidak layak mendapat perhatian.” Ketika sang editor tahu bahwa penulisnya adalah Plath yang waktu itu sudah terkenal, dia mengatakan “Saya sudah membaca ulang The Bell Jar. Mengetahui bahwa penulisnya adalah Sylvia Plath menambah daya tersendiri. Namun tetap saja karya itu bukan novel.”[Ipang]

**Dari berbagai sumber