Ketika pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat pada November 2018, memoar Michelle Obama yang berjudul Becoming langsung meluncur ke peringkat pertama Daftar Buku Terlaris New York Times. Buku tersebut langsung terjual sebanyak hampir tiga juta eksemplar hanya dalam waktu beberapa hari. Becoming pun banyak menarik minat pembaca tanah air. Edisi bahasa Indonesianya, yang diterbitkan oleh Noura Publishing, menduduki peringkat pertama kategori buku sosial di berbagai cabang toko buku jaringan di Jakarta.
Untuk mempromosikan memoarnya tersebut, Michelle mengadakan tur ke berbagai kota di Amerika Serikat, Eropa, bahkan Singapura. Walaupun mantan First Lady ini tidak sempat mampir ke Indonesia, kini kita bisa menyaksikan dan merasakan keseruan di balik tur bukunya. Pada 6 Mei 2020, Netflix akan menayangkan secara global sebuah film dokumenter tentang tur Michelle Obama yang juga diberi judul Becoming. Film ini diproduksi oleh Higher Ground Productions milik Michelle dan Barack Obama, dan Big Mouth Productions.
Walaupun banyak dari kita yang hidup dalam duka, kesepian, dan ketakutan, kita harus tetap berpikiran terbuka dan menempatkan diri dalam posisi orang lain. Empati adalah penolong kita.
Berikut ini cuplikan pesan dari Michelle Obama untuk para penonton Becoming:
Setelah menghabiskan beberapa bulan untuk perjalanan tur ini—bertemu dan menjalin hubungan dengan orang-orang dari berbagai kota di dunia—jelas bagi saya bahwa persamaan yang kita miliki adalah sesuatu yang sangat mendalam dan nyata, serta tidak boleh dirusak. Dalam kelompok besar dan kecil, tua dan muda, yang memiliki keunikan masing-masing tapi tetap satu, kami berkumpul bersama dan berbagi cerita tentang kebahagiaan, kecemasan, dan impian. Kami mencerna pengalaman masa lalu dan membayangkan masa depan yang lebih baik. Ketika berbicara tentang gagasan becoming, gagasan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik secara terus menerus, kami berani mengutarakan harapan kami dengan lantang.
(Baca juga: Kekuatan yang Bermartabat, Menyentuh, dan Cermat dari karya Michelle Obama Becoming)
Kini saya sangat menghargai kenangan dan rasa keterhubungan tersebut, lebih dari sebelumnya. Ketika kita sekarang sedang berjuang bersama menghadapi pandemi, sambil mengurus orang-orang tercinta, melindungi komunitas sekitar, dan berusaha untuk tetap bekerja dan belajar. Sementara kita juga harus menghadapi kehilangan, kebingungan, dan ketidakpastian.
Di masa ini, sulit untuk bersikap rasional atau menyimpan harapan, tetapi mudah-mudahan Anda akan menemukan kebahagiaan dan sedikit perasaan lega dalam karya Nadia ini. Karena, ia memiliki bakat yang langka. Kecerdasan dan rasa welas asihnya dapat dirasakan dalam setiap adegan yang ia rekam. Yang lebih penting lagi, ia mengerti makna dan kekuatan dalam suatu komunitas masyarakat, dan karyanya ini dapat menggambarkan hal-hal tersebut dengan luar biasa.
… Saya hadir untuk Anda. Dan saya tahu Anda hadir untuk satu sama lain. Walaupun kita tidak bisa lagi berkumpul dengan aman, walaupun banyak dari kita yang hidup dalam duka, kesepian, dan ketakutan, kita harus tetap berpikiran terbuka dan menempatkan diri dalam posisi orang lain. Empati adalah penolong kita. Inilah yang akan menyelamatkan kita. Mari kita gunakan empati untuk mengarahkan perhatian kita pada hal-hal yang paling penting, untuk mempertimbangkan ulang prioritas kita, dan cari cara untuk membuat dunia lebih baik sesuai harapan kita.
Bahkan dalam masa sulit, kisah-kisah hidup kita dapat membantu mempererat nilai yang kita anut dan menguatkan hubungan kita. Berbagi kisah akan membantu kita untuk terus maju. Saya menyayangi dan merindukan kalian semua.
(Baca juga: 7 Fakta Tentang Michelle Obama Penulis Memoar Terlaris di Dunia)
Becoming tidak hanya memperlihatkan apa saja yang terjadi selama tur buku yang diadakan di 34 kota. Melalui film yang disutradarai oleh Nadia Hallgren ini, Michelle juga ingin bercerita tentang kehidupannya. Ia menunjukkan berbagai perubahan besar yang terjadi di sekitarnya, baik itu perubahan dalam kehidupan pribadinya, maupun yang terjadi di Amerika Serikat setelah 8 tahun dipimpin oleh sang suami. Ia menyaksikan bagaimana rakyat Amerika begitu terpecah oleh berbagai perbedaan setelah dirinya dan Barack meninggalkan Gedung Putih.
Maka, dalam tur bukunya, Michelle bertekad untuk menyoroti kekuatan komunitas masyarakat dalam menjembatani perbedaan. Selain itu, ia juga ingin menunjukkan munculnya hasrat manusia untuk saling terhubung ketika kita membagi kisah hidup kita secara terbuka dan jujur.
#IAmBecoming