Aku tidak terlalu ahli dalam memposisikan diri sebagai tokoh utama. Dalam novel debutku, A Star-Touched Queen, tokoh yang paling mirip dengan diriku justru adalah seekor kuda iblis pemakan daging. Dalam novel keduaku, A Crown of Wishes, aku mencoba memasukkan sisi humor dan sering mengeluhku pada sesosok… mayat… yang… bisa… bicara. (Setelah membaca ulang paragraf ini, kuharap kedua fakta tadi tidak menunjukkan seperti apa diriku sebenarnya).
Dengan Aru, semuanya berbeda. Menulis buku anak tidak mudah tapi juga tidak sulit, aku hanya perlu mengeluarkan sisi lain diriku. Dalam kasus ini, Aru mengharuskanku mengingat kembali peristiwa-peristiwa semasa duduk di bangku SMP—yang PENUH LIKA-LIKU. SMP adalah masa di mana aku pertama kali punya poni (ih!) sekaligus pertama kali pakai produk perontok bulu bermerk ‘Nair’ (dan membiarkannya terlalu lama, HALO BAHAN KIMIA PERONTOK KUMIS!), tapi juga masa di mana aku menertawakan semua itu. Pokoknya waktu itu aku sangat sering tertawa sampai rahangku pegal, malahan aku cukup yakin tulang rusukku keseleo tiap makan siang saking seringnya tertawa. Sepertinya di masa itu, kita tidak mampu menghindar dari apapun. Apapun yang kita takuti. Apapun yang kita sukai. Menulis kisah Aru mengharuskanku untuk mengeluarkan sisi diriku dari masa itu, yang penuh bersemangat tapi mudah merasa panik.
Namun tentu saja, aku tidak bisa seenaknya menuangkan semua perasaanku dari masa itu ke dalam tulisanku dan langsung menyebutnya sebuah ‘buku.’ Aku harus membangun sebuah dunia yang ada di sekeliling karakter ‘Aru’, dan hal itu tidak aku lakukan saat menulis kedua novel pertamaku. Aku mengawali proses penulisan kedua novel pertamaku dengan membangun setting dunianya, dan aku menyukai proses itu. Aku suka suasana yang muncul bersama kehadiran tokoh-tokoh dalam novel itu ketika mereka menemukan labirin yang sebelumnya telah aku ciptakan untuk mereka.
Baca Juga: Mengenal Roshani Chokshi: Penulis Pertama Rick Riordan Presents
Lain dengan Aru, aku sudah tahu siapa dia bahkan sebelum aku memutuskan plotnya. Hal ini baru untukku. Aku harus menulis dengan perspektif seperti ini: “Oke, jadi sekarang kamu mau apa dan mau ke mana?”. Dan ini adalah pertanyaan yang berbahaya untuk diajukan ke seorang anak SMP karena dia akan mengarahkanku pada masalah dan sederet musuh yang tidak hanya akan membuatmu lapar, tapi juga pada akhirnya mungkin akan menyeretmu ke neraka. Hal itulah yang Aru lakukan. Aku suka, rasanya sulit dan janggal tapi seru!
Kurasa pada suatu titik, semua bukuku mewujudkan keinginanku. Hmm, halo… bisa tolong jadikan aku seorang Ratu Dunia Bawah alias Persephone? (A Star-Touched Queen!) Ooooooh, aku juga ingin pergi menjalankan misi sambil bersenang-senang (A Crown of Wishes) dan… YA AMPUN, BISA NGGAK SIH AKU MENGULANG MASA SMP? (Aru Shah!)
Bagi Aru, masa SMP akan menjadi yang terburuk. Mau tidak mau, drostanolone masteron full information dia akan berusaha mencukur sedikit alisnya dan berakhir tidak punya alis sama sekali (seperti aku!). Meskipun begitu, dia juga akan punya teman-teman yang akan mendukungnya dan tumbuh besar bersamanya (seperti aku!).
Oh iya, dia juga punya senjata petir… dan berbagai kekuatan lainnya (yang sama sekali tidak sepertiku, tapi ya itulah gunanya mengarang cerita!) [Rfd/Sumber: booksmugglers]
Baca Juga: Petualangan Aru Shah: Keseruan Percy Jackson & Persahabatan Sailor Moon