Melihat adik dan kakak bersikap manis dan kompak tentu merupakan pelipur lara bagi para orangtua. Namun, pemandangan itu mungkin tak akan berlangsung lama. Setelah saling bermanja-manja, mereka bisa saja bertengkar untuk hal-hal sepele dan tidak disengaja.
Dalam menghadapi situasi tersebut, Ayah-Bunda perlu menyikapinya dengan tenang dan bijak. Sayangnya, masih ada orangtua yang memilih jalan pintas untuk meredakan pertengkaran antar-anak dengan meminta si Kakak untuk mengalah. Tindakan ini seolah sudah “membudaya”, bahwa anak yang lebih tua diharuskan untuk mengalah dari adiknya, terlepas mereka dalam posisi benar ataupun salah. Apabila “budaya” ini masih dilanggengkan, kondisi tersebut dapat berimbas bagi diri si Kakak pada masa mendatang.
Berikut ini merupakan dampak psikologis dan emosional yang berpotensi dialami oleh kakak yang dituntut untuk selalu mengalah:
Tumbuh Menjadi Anak yang Tidak Percaya Diri
Diharapkan untuk selalu mengalah membuat si Kakak tidak memiliki ruang untuk menjelaskan pendapatnya tentang apa yang terjadi. Hal ini berpotensi membuatnya tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri untuk menyampaikan pandangan dan keinginan mereka.
Rendah Diri dan Merasa Tidak Berharga
Saat si Kakak mengalah, dia cenderung merasa keberadaannya sebagai anak tidak berharga bahkan tidak dianggap oleh orangtuanya. Pada masa mendatang, dia dapat tumbuh menjadi anak yang rendah diri akibat tidak dihargai oleh orangtuanya sendiri.
Memupuk Rasa Kebencian terhadap Adiknya
Kakak yang dipaksa mengalah untuk adiknya terus-menerus dapat berdampak pada hubungan keduanya pada masa mendatang. Tidak menutup kemungkinan, kakak tumbuh sambil memendam rasa benci terhadap adiknya sendiri dan dapat berakibat pada konflik yang lebih besar.
Memiliki Kemampuan Mengatasi Konflik yang Rendah
Anak yang terbiasa untuk mengalah dalam setiap permasalahan yang dihadapinya, telah kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi konflik dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Menjadi orangtua merupakan pembelajaran seumur hidup. Dalam menjalani prosesnya, wajar apabila Ayah-Bunda menyadari adanya hal-hal yang luput. Begitu pun dengan si Sulung, seorang anak yang juga tengah berproses dalam menjalani perannya sebagai kakak. Jadi mulai hari ini, hindari membebaninya dengan berbagai tuntutan dan ekspektasi. Tuntunlah dia bukan untuk terus mengalah, tetapi dengan mengasah rasa empati dan mau berbagi.
Temukan tip-tip parenting lainnya di buku ParenThink karya Mona Ratuliu dan dapatkan bukunya di Mizanstore Official!