Hanya dalam dua minggu setelah diterbitkan, memoar karya mantan ibu negara Amerika Serikat ini telah terjual 2 juta eksemplar. Iya, DUA JUTA EKSEMPLAR! Buku ini juga memecahkan rekor penjualan buku di Amerika Serikat sejak diterbitkan pertama kali pada bulan November lalu.
Menurut data NPD BookScan, Becoming telah terjual dalam berbagai format di Amerika Serikat dan Kanada dalam rentang waktu lima belas hari. Hingga akhir tahun 2018, Becoming juga sudah dicetak ulang sebanyak enam kali. Bahkan untuk format hardcover saja, total penjualan Becoming sudah melampaui penjualan buku lain di Amerika Serikat selama tahun 2018. Becoming bertahan dalam daftar buku terlaris versi New York Times, USA Today, dan Publishers Weekly. Bahkan bukan hanya penjualan secara fisik, Becoming juga memecahkan rekor penjualan ebook dan buku audio.
Ketenaran buku ini tidak terbatas di kawasan Amerika Utara saja, Becoming juga menjadi bestseller di Inggris, Australia, Jerman, Perancis, Italia, Belanda, Spanyol, Denmark, Norwegia, Finlandia, Yunani, bahkan Korea dan Afrika Selatan. Becoming tercatat telah dan akan diterjemahkan ke dalam 31 bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Fenomena ini seakan mengonfirmasi popularitas siapa pun yang pernah menjadi ibu negara di Amerika Serikat. Living History, yang ditulis oleh Hillary Clinton, mantan ibu negara sebelumnya, juga tercatat sebagai salah satu memoar terlaris di Amerika Serikat. Meskipun demikian, belum ada satu pun karya pejabat negara yang selaris Becoming. Living History misalnya, butuh satu bulan untuk masuk dalam daftar bestseller, sedangkanDecision Points (George W. Bush) butuh beberapa minggu untuk dapat terjual hingga dua juta eksemplar. Karya lain yang popularitasnya hampir menyamai Becoming adalah My Life, autobiografi Bill Clinton yang dengan cepat terjual hingga satu juta eksemplar. Namun, My Life butuh waktu cukup lama hingga dapat terjual hingga dua juta eksemplar.
Lantas, apa ya keistimewaan Becoming hingga bisa “mengalahkan” memoar lainnya? Buku ini tidak hanya berisi kisah hidup seorang ibu negara, namun juga tentang perjalanan seorang gadis remaja dari kawasan selatan Chicago hingga menjadi ibu negara berkulit hitam pertama dalam sejarah Amerika Serikat. Apalagi jika mengingat popularitas suaminya, Barack Obama, yang juga merupakan presiden berkulit hitam pertama di Amerika Serikat.
Selain itu, Becoming juga menceritakan tentang gesekan-gesekan politik yang dialaminya dan mengkritik Presiden AS, Donald Trump. Dalam buku itu, Michelle menyebutkan jika Presiden AS, Donald Trump, membuat keluarganya dalam kondisi berbahaya pada masa pemilihan presiden 2016 lalu.
Yang juga menarik, Michelle tak melulu bertutur soal kehidupan di gedung putih, ia juga menceritakan kehidupan cintanya. Misalnya ia menyebutkan beberapa kendala dan kesulitan untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Barack Obama. Termasuk menceritakan tentang keguguran yang dialaminya dan penggunaan in vitro ferilisation (IVF) untuk melahirkan kedua anaknya, Malia dan Sasha.
Wah, jadi penasaran ya. Tunggu penerbitan bahasa Indonesianya ya. [Rfd/Sumber: Fortune & BBC]