Semua orang pasti pernah mendengar Dubai. Yap, Dubai adalah kota metropolitan modern di Uni Emirat Arab atau United Arab Emirates. Tapi kalau Sharjah, belum tentu. Padahal di Sharjah inilah diadakan salah satu pameran buku internasional terbesar di dunia yang sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Bahkan juga di kota inilah dibangun sebuah area bernama Sharjah Book City, yang konon merupakan satu-satunya area industri buku serupa kompleks perkantoran besar yang dilengkapi berbagai fasilitas—restoran, kafe, bioskop (ini masih rencana), serta pembelinya bebas pajak individu dan perusahaan.
Nah, kota inilah yang saya kunjungi untuk menghadiri Sharjah International Book Fair 1 November lalu, sekaligus dalam rangka mengikuti acara khusus penerbit yang diadakan dua hari sebelum pembukaan pameran.
Jadi, mari kita simak beberapa fakta menarik tentang Sharjah
1. Sharjah merupakan kota ketiga terbesar dan terpadat di UAE dan salah satu kota yang membentuk area metropolitan Dubai-Sharjah-Amman. Mungkin kalo di sini semacam Bogor di Jabodetabek ya.
2. Berjarak kurang lebih 35 kilometer dari Dubai, Sharjah bisa dicapai dalam waktu 30 menit jika jalanan cukup lancar dari Dubai. Tapi kalau macet, jangan tanya, perjalanan bisa mencapai 2 jam atau bahkan lebih. Hiks! Meskipun bedanya dengan di sini, hampir tak terdengar klakson saat bermacet-macet di sana.
3. Cuaca di Sharjah panas terik (dan silau sekali) namun tidak gerah. Suhu mirip dengan di Jakarta—32 C kalau siang dan 26 C kalau malam. Selama di sana, tidak ada hujan sama sekali. Jadi iklimnya memang kering.
4. Permukiman di Sharjah kebanyakan berupa apartemen tinggi. Dan parkiran mobilnya berada di luar, menempati area yang sangat luas di antara gedung-gedung dan di samping jalan utama. Karena transportasi umum hanya bus dan taksi, kayaknya sebagian besar penduduk Sharjah memang punya mobil sendiri, deh. Adapun motor, bisa dihitung dengan jari penampakannya.
5. Laguna di Sharjah bersih dan tenang. Salah satu yang besar bernama Khalid Lagoon. Di tepiannya terdapat dua masjid terbesar di Sharjah, Masjid Al Noor dan Masjid King Faisal yang terpisah beberapa kilometer. Sepertinya enak banget membayangkan jogging atau jalan kaki di pinggiran Laguna yang berpagar dan bertrotoar lebar ini.
6. Belanja di Sharjah cukup ke satu tempat bernama Central Souq alias Pasar Utama. Dua bangunan panjang yang berdiri paralel ini dihubungkan sebuah “jembatan” tertutup. Bangunan yang satu berisi toko-toko emas segala rupa, permadani, dan souvenir (kebanyakan buatan China atau India), sementara bangunan yang lain berisi toko kain dan abaya.
7. Baju tradisional orang-orang Arab di Sharjah (dan mungkin di seluruh Uni Emirat Arab) adalah abaya hitam dan selendang hitam yang menutup kepala untuk para wanitanya serta kafiyeh putih dan jubah putih panjang untuk para prianya. Beda dengan kafiyeh merah putih yang sering dipakai orang Arab di Arab Saudi.
8. Bunga dan rumput yang tumbuh di pinggir-pinggir jalan di Sharjah ditanam menggunakan selang-selang hitam yang ditanam (atau terkadang diletakkan di permukaan) pada tanahnya yang berpasir, tampaknya ini untuk mengalirkan air dengan konsisten.
9. Bagi wisatawan muslim, jalan-jalan di Sharjah (dan mungkin Dubai juga) nyaman karena minuman keras tidak dijual bebas, mushala bersih ada di tempat umum (dan mushala wanita terpisah, alih-alih nyempil di belakang ), makanan bisa dibilang halal semua (di hotel, di supermarket), toilet pria dan wanita terpisah cukup jauh, bahkan di tempat pameran pemeriksaan dan pemindai tubuh untuk pria dan wanita dipisah.
Nah, bagaimana, jadi kepingin pergi ke Sharjah nggak? [STA]