Sebelum Cahaya: Menyelami Diri dan Makna Keberadaan

Ditulis oleh Minou, Admin Noura

Yuk, bagikan artikel ini!

Karya Sabrang MDP & Abu Marlo

 

Mencari “Aku” di Tengah Semesta

Setiap manusia, cepat atau lambat, pasti pernah bertanya: “Siapa sebenarnya aku?” atau “Mengapa aku ada di dunia ini?” Pertanyaan sederhana tapi menyesakkan ini sering kali muncul saat kita terjebak rutinitas, merasa kosong, atau berhadapan dengan realitas hidup yang tak sesuai harapan.

Makna keberadaan bukan sesuatu yang bisa ditemukan di ruang kelas, laporan riset, atau status media sosial. Ia lahir dari pergulatan batin, pencarian panjang, dan keberanian untuk menantang asumsi yang selama ini kita anggap benar.

Dialog Abadi: Agama, Sains, dan Diri

Buku Sebelum Cahaya: Menyelami Diri dan Makna Keberadaan karya Sabrang MDP (Neo Letto) dan Abu Marlo menghadirkan ruang refleksi tentang pertanyaan eksistensial itu.

Sabrang, dengan latar belakang fisika dan matematika, serta Abu Marlo, dengan pengalamannya sebagai penulis sekaligus motivator, menghadirkan sebuah gagasan bahwa agama dan sains sebenarnya tidak perlu dipertentangkan.

Agama memberi kita arah, sains memberi kita alat. Agama menjawab “mengapa”, sains menjawab “bagaimana”. Dan di tengah-tengahnya, ada manusia yang terus belajar menafsirkan hidup.

Makna Keberadaan: Dari Lagu ke Laku

Buku ini juga membedah makna dari lagu legendaris Sebelum Cahaya (Letto) yang selama ini dikenal luas sebagai karya musik, namun ternyata menyimpan refleksi filosofis. Bagi Sabrang, musik bukan hanya hiburan, melainkan juga jendela menuju dialog terdalam antara manusia dan semesta.

Membaca buku ini ibarat mendengarkan lagu yang tak hanya masuk ke telinga, tapi juga mengetuk hati dan pikiran: bahwa keberadaan manusia bukan sekadar “ada”, melainkan mengada—mengisi hidup dengan kesadaran, cinta, dan pencarian makna.

Sudah Berani Menyelami Diri?

Sebelum Cahaya  adalah undangan untuk berhenti sejenak, merenung, dan merayakan pencarian diri. Ia bukan manual jawaban, melainkan peta perjalanan—yang mungkin berbeda bagi setiap orang. Nah, pada era teknologi dan AI yang makin canggih, kita sering kali tergoda menyerahkan jawaban hidup pada algoritma. Namun, Sebelum Cahaya mengingatkan bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diprogram: kesadaran, pengalaman batin, dan pencarian spiritual seperti seolah-olah dibisiki: “Keberadaanmu adalah anugerah. Pertanyaannya, beranikah kamu menyelami diri sebelum cahaya itu benar-benar datang?”

[PESAN BUKUNYA DI SINI]