Mau menjadi tim rebahan atau tim gercep, ingat… kita harus menjadi manusia yang rahmatan lil alamin.
“Rahmatan lil-‘âlamîn itu berarti tidak ada yang luput dari rahmat Allah. Tapi sekarang ini, ada orang-orang yang mau menang sendiri, mau kaya sendiri, mau masuk surga sendiri, mau unggul sendiri, mau hebat sendiri, sehingga semua direkrut, semua dijual, dijadikan brand ….”
Emha Ainun Nadjib
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmatan lil-‘âlamîn (rahmat bagi semesta alam).
(QS Al-Anbiyâ’ [21]: 107)
Kumpulan ceramah Emha Ainun Nadjib ini dirangkum dari berbagai acara. Tema-tema ceramah yang dikumpulkan secara khusus mengajak pembaca kembali menghayati hakikat Islam bagi kemaslahatan semesta—bukan sebagai alat pemuas nafsu-nafsu akan dunia, atau bahkan ego-ego yang mengklaim sebagai pemilik surga.
Penulis
Emha Ainun Nadjib
Penyunting
Topik Pram & Ahmad Nadjib
ISBN
978-623-242-091-5
Tebal
264 Halaman
Ukuran
14 x 21 cm
Jenis Kertas Sampul
Soft Cover
Jenis Kertas Isi
Bookpaper 55gr
Meski pendidikan formalnya hanya berakhir di semester 1, dia dikenal sebagai tokoh intelektual, seniman, budayawan, dan penyair. Namanya Muhammad Ainun Nadjib, dia biasa dikenal dengan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun.
Pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, pada 27 Mei 1953 ini menempuh kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia, sebelumnya, juga pernah belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pada pertengahan tahun ketiga, Cak Nun pindah ke Yogyakarta dan menamatkan SMA di Sekolah Muhammadiyah I.
Di Yogyakarta, sekitar tahun 1970-1975, Cak Nun belajar sastra kepada seorang guru, yang sangat memengaruhi perjalanan hidupnya. Dia adalah Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang misterius hidupnya.
Cak Nun sangat aktif mengisi pengajian, seminar, diskusi, serta workshop di bidang pengembangan sosial, keagamaan, kesenian, dan lain-lain. Dia menularkan banyak gagasan pemikirannya melalui tulisan. Beberapa buku karya Cak Nun juga telah diterbitkan, antara lain Hidup itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem (Noura Publishing, 2016), Allah Tidak Cerewet Seperti Kita (Noura Publishing, 2019), dan Islam itu Rahmatan Lil Alamin Bukan Untuk Kamu Sendiri (Noura Publishing, 2020)
Beberapa kegiatan di mancanegara pernah dia ikuti, antara lain lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984), dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Cak Nun juga pernah terlibat dalam produksi film Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (2011).
Cak Nun juga berkeliling ke berbagai wilayah Nusantara—menjumpai komunitas Masyarakat Padhang Bulan dan Maiyah—rata-rata 10 sampai 15 kali per bulan bersama grup musik Kiai Kanjeng. []