Kalian pecinta film thriller? Yang menyukai suara derap panik langkah kaki yang menggema di studio bioskop ketika sang pembunuh berusaha menangkap korban, atau suara napas tertahan dari korban yang berusaha bersembunyi agar tidak ketauan? Yup, sensasinya memang sungguh mendebarkan dan membuat penasaran, namun tahukah kalian bahwa ada cara lain untuk menikmati genre thriller yang bahkan lebih mendebarkan dari menonton film melalui bioskop? Membacanya! Ya, membacanya novel thriller tidak kalah serunya dari menonton filmnya, lho! Membacanya di kamar pada malam hari, sendirian tanpa seorang pun yang menemani, serta imajinasi yang bergerak liar tak terarah, sungguh pengalaman yang berbeda untuk menikmati sesuatu bergenre thriller. Makanya, Minou punya beberapa rekomendasi novel thriller yang bisa bikin deg-deg serr, nih. Kuy, langsung disimak!
1. Sometimes I Lie karya Alice Feeney
Layaknya pada judul novel ini sendiri, si narator, Amber Reynolds, tidak bisa kita percayai sepenuhnya. Cerita ini dimulai ketika Amber terbangun dalam keadaan koma dan tak mampu melakukan apa-apa, namun ia mampu mendengar dan melihat semua hal di sekitarnya. Ia didiagnosis terkena amnesia parsial, dan itu menjadi salah satu alasan mengapa ia tidak bisa kita percayai sepenuhnya. Sungguh sebuah novel yang akan membuat kita memutar otak untuk menemukan kebenaran yang sejati, dan itu semua karena Terkadang Si Narator Berbohong.
2. The Woman in the Window karya A. J. Finn
Apa yang akan kalian lakukan jika kalian menjadi saksi pembunuhan yang terjadi persis di rumah sebelahmu? Hal itulah yang dirasakan Anna Fox dalam novel ini. Hidupnya dibayang-bayangi kegelapan di mana ia menderita agorafobia (rasa takut akan ruang terbuka), kecanduan alkohol dan narkoba, dan belakangan ini, tetangga barunya ternyata tidak seramah yang ia kira. Melalui jendelanya, ia melihat seseorang terbunuh di rumah tetangga barunya terserbut, namun ketika ia menelepon polisi, mereka tidak menemukan apa pun di rumah tersebut. Ia pun mulai dikucilkan hingga dipertanyakan kewarasannya, namun ia tidak menyerah dan tetap melakukan penyelidikan mandiri akan kasus tersebut. Kira-kira apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang sebenarnya terbunuh? Atau memang tidak ada yang mati? Silakan temukan jawabannya di buku ini.
3. Hush Little Baby karya Anggun Prameswari
Kalian pernah dengar istilah postpartum depression? Postpartum depression atau depresi pasca-persalinan merupakan gejala depresi yang dialami wanita setelah menjadi seorang ibu, dan isu inilah yang diangkat Anggun Prameswari pada novelnya yang berjudul Hush Little Baby. Kehidupan Ruby bisa dibilang jauh lebih baik ketika Rajata, pemilik salah satu jaringan media terbesar di Indonesia, melamar dan menikahinya. Hidupnya yang sebelumnya dipenuhi kegelapan akibat mendiang ibunya, kini mulai membaik setelah pernikahannya. Namun ia kembali gundah gulana ketika ia mendapati dirinya hamil. Ia tidak yakin bagaimana ia mampu menjadi seorang ibu jika ia bahkan tidak memiliki sosok ‘ibu’ dalam hidupnya. Lalu konflik semakin bertambah ketika ia dapati bayinya, Gendhis, menghilang. Ia tak bisa lagi percaya pada siapa pun, baik itu suaminya, mertuanya, hingga pengasuhnya sejak kecil. Sebuah novel dengan plot-twist dan alur cerita yang menarik.
4. Carmine karya Ruwi Meita
Seorang bintang iklan yang kini pensiun dan harus mengurusi empat orang anak yang masih belia, begitulah drastisnya perubahan hidup seorang Carmine. Ia dituntut oleh suaminya, Ruddy, yang merupakan pengusaha, untuk menjadi ibu yang ‘sempurna’ bagi keempat anaknya sebab Ruddy tak mau mempekerjakan satu pun asisten rumah tangga untuk membantu Carmine. Selain itu, dirinya pun kerap membanding-bandingkan Carmine dengan ibunya. Ketika Carmine mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya, datanglah Mirah, seorang penjual tas daring, ke kehidupannya. Mirah mengatakan bahwa Carmine adalah kancing yang terlepas, dan ia bisa memperbaikinya. Siapakah Mirah sebetulnya? Dan mengapa ia begitu terobsesi dengan kancing? Kamu dapat temukan jawabannya di buku ini.
5. Ve karya Vinca Callista
Seorang perempuan harus tunduk pada laki-laki, sebab mereka tidak boleh dianggap sejajar. Apakah kalian setuju dengan pandangan itu? Isu itulah yang diangkat Vinca Callista ketika menulis novel Ve. Semua bermula ketika Cerissa Vermilion, yang biasa dipanggil Ve, di bawa ke rumah neneknya untuk menetap di sana lantaran sang ayah berkata ibunya kabur bersama selingkuhannya ke London. Konflik pun bermula di desa tempat tinggal sang nenek, di mana pandangan perempuan harus tunduk pada lelaki masih sangat kuat. Semua masalah itu terus berkembang hingga akhirnya memuncak ketika Ve dipaksa melakukan ritual untuk memurnikan dirinya. Ritual apakah itu? Silakan kalian cari tahu di buku ini! Satu lagi, buku ini menggunakan sudut pandang orang kedua, lho, dan itulah yang menjadikan novel Ve ini cukup unik!
Jadi, bagaimana menurut kalian? Takut? Ngeri? Atau malah penasaran? Coba saja sensasi baru menikmati thriller dengan cara ini! Minou yakin tidak kalah kok sensasi deg-deg serr-nya dari hati kalian! Apalagi kalau kalian membacanya pukul dua pagi, ketika orang-orang sibuk terlelap sendirian di kamar kalian, dijamin jika jantung kalian dapat berbicara, ia akan berkata, “Cukup! Aku tidak kuat, ini terlalu menegangkan!” Jadi, tunggu apalagi? Silakan dicoba ya, Nourans!