Setiap orang pasti memiliki ketakutan atau kecemasan terhadap sesuatu atau yang disebut dengan fobia. Terdapat bermacam-macam fobia bergantung pada objek yang ditakuti seseorang; mulai dari takut terhadap binatang menjijikkan seperti katak dan kecoak hingga takut terhadap hujan. Tak hanya itu; ada juga yang takut terhadap tempat umum. Ketakutan ini dinamakan agorafobia.
Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti takut akan tempat-tempat umum atau keramaian. Penderitanya akan merasa tidak aman berada di tempat umum seperti kafe, halte bus, dan trotoar. Ketakutan ini akan diikuti dengan rasa cemas dan takut yang luar biasa; bahwa mereka akan ‘ditekan’ oleh keramaian dan lalu lalang orang-orang di sekitarnya. Gejala awal dari ketakutan ini adalah tidak ingin ditinggal seorang diri dan merasa bahwa dirinya harus ditemani paling tidak oleh satu orang teman atau anggota keluarga. Penderita agorafobia akut bahkan akan mengalami ketergantungan kepada orang-orang terdekatnya untuk melakukan ativitas di luar rumah seperti berbelanja; karena mereka tak ingin meninggalkan zona aman mereka: rumah.
Penelitian terbaru dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa wanita dua kali berpotensi mengalami kecemasan dan ketakutan. Hal ini disebabkan oleh faktor homon dan biologis; juga perbedaan pekerjaan yang dilakukan oleh pria dan wanita yang menyebabkan wanita lebih mudah stres. Kecemasan dan ketakutan ini yang akan menyebabkan seseorang mengalami agorafobia. Faktor lain yang menyebabkan wanita lebih mudah mengalami jenis fobia ini adalah, bahwa wanita lebih rentan mengalami kekerasan fisik maupun mental, terutama di tempat-tempat umum. Faktor inilah yang menyebabkan wanita seolah memberi jarak antara dirinya dengan lingkungan sekitar.
Baca juga: 5 Novel Terbaik Domestic Noir
Fobia ini dapat disembuhkan dengan treatment atau pengobatan, salah satunya adalah CBT atau Cognitive Behavioral Therapy. Terapi ini dilakukan dengan mengajak penderita fobia untuk berpikir dan mengubah cara pandang mereka terhadap ketakutan mereka; bahwa objek yang mereka anggap menyeramkan tak seharusnya ditakuti.
Agorafobia pun ternyata bisa menjadi tema yang menarik untuk sebuah karya. A.J Finn, seorang penulis asal Amerika, menciptakan novel pertamanya yang berjudul The Woman In The Window dengan mengangkat tema agorafobia. Novel ini menceritakan seorang wanita yang mengurung diri di rumahnya karena ketakutan akan tempat ramai yang disebabkan oleh masa lalunya. Novel ini menjadi novel debut terbaik dalam New York Times Bestseller setelah The Girl On The Train karya Paula Hawkins. Sementara itu, novel ini juga akan diangkat ke layar lebar yang akan disutradari oleh Joe Wrights dan dibintangi Amy Adams, Julianne Moore, dan Gary Oldman. [Rawadan Reza]