Pada masa-masa sulit, seringkali kita dihadapkan dengan perasaan yang kacau. Adakalanya, kita belum bisa menerima keadaan bahwa sesuatu yang tak terduga bisa saja terjadi pada diri kita. Menangis, mengurung diri, menjauh dari keramaian dan terbaring lemas di tempat tidur sampai membuat khawatir orang-orang yang kita cintai.
Misalnya, pada saat tidak lolos ujian tes SBMPTN, CPNS atau gagal dalam wawancara kerja. Di detik pertama kita terdiam lesu dan lemas, masih belum percaya hal tersebut terjadi pada diri kita. Namun, seperti kata pepatah. “Badai Pasti Berlalu”. Fase dimana kita akan mulai menerima kenyataan dengan ikhlas dan lapang dada. Mulai mencari hikmah dari kejadian yang sudah berlalu. Dan pada akhirnya kita memahami bahwa makhluk hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa.
Mungkin saja, ini cara Allah menyelamatkan hambanya dengan menggagalkan impian kita. Bisa jadi, saat kita berada di tempat yang kita inginkan, ada banyak mudharat yang menghampiri. Atau, kita sedang diajarkan oleh Allah untuk lebih giat lagi dalam berusaha agar siap berada di tempat yang kita impikan. Awalnya kita mempertanyakan, “Mengapa Allah memberikan cobaan seperti ini ya, kepadaku?” Lalu berubah menjadi, “Mengapa Allah Memberikan Kesempatan lagi ya, kepadaku?”.
Mencapai titik berdamai dengan diri sendiri, memang memerlukan waktu. Waktu dan ruang untuk berdialog dengan diri sendiri. Melepaskan semua kekhawatiran duniawi dan fokus untuk menemukan kekuatan diri. Ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Perlu kesadaran yang penuh dan kondisi yang tenang.
Setelah mendapatkan kedamaian. Mulailah lagi untuk membuat rencana-rencana baru. Mulai lagi dari titik 0. Tidak masalah, kamu dianggap telat dan tertinggal oleh orang lain. Hargai setiap journey hidupmu dan tulislah proses dirimu sebagai pengingat dan bukti. Bahwa kamu hebat. Hebat mencoba bangkit dan mencari kedamaian melalui perjalanan spiritual.
Seperti yang digambarkan oleh buku yang berjudul Ruang Tanpa Nama. Buku ini memberikan gambaran tentang kondisi kosong setelah mengalami keadaan sulit atau dalam istilah Jawanya disebut Suwung. Pemulihan tidak bisa terjadi begitu saja apabila kita hanya berdiam diri menunggu keajaiban. Baca buku ini sebagai upaya untuk pulih dan memahami cara Allah menyayangi hamba-Nya.
Buku ini berisi dialog antar dua penulis yaitu Denny Turner dan Pardamean Harahap dalam membahas beberapa puisi.