Rekomendasi Bacaan Menyambut Tujuh Belasan untuk Nourans!

Ditulis oleh Minou, Admin Noura

Yuk, bagikan artikel ini!

Selamat memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, Nourans!

Sudah 79 tahun bangsa kita memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dipimpin oleh Soekarno dan Hatta, kita berhasil membebaskan diri dari penjajahan. Namun, apakah kita benar-benar sudah bebas merdeka? 

Kenyataannya, hingga saat ini kita masih saja dijajah. Bukan dijajah oleh bangsa lain, melainkan dijajah oleh kemalasan kita sendiri. Terutama kemalasan dalam membaca. Oleh karena itu, yuk, kita mulai memerdekakan diri dari kemalasan dengan mengenal buku-buku yang cocok bertema kemerdekaan berikut ini:

 

1. A Diary of Genocide : Catatan Pembantaian Palestina 7 Oktober – 30 Desember 2023 – Atef Abu Saif

Pesan Bukunya Di Sini

Ini bukan serangan; ini pembantaian. Kelihatannya seperti adegan akhir dari film perang. Semuanya luluh lantak. Kota ini menyusut dan menghilang ke dalam asap serta debu. Kota ini bermetastasis menjadi puing dan reruntuhan, yang menyebar seperti penyakit di atasnya. Gaza seperti foto dengan subjek gambarnya memudar, hanya menyisakan latar belakang. Alih-alih mengucapkan “selamat pagi” saat berpapasan, kami malah mengucapkan: “Alhamdulillah kau selamat.” Setiap pagi terasa seperti anugerah, satu hari bebas ekstra yang diberikan kepada kami, ketika nama kami tidak ada dalam daftar kematian.

Tak ada yang bisa menjelaskan mengapa anak-anak harus dibunuh saat tertidur di ranjang mereka. Begitu pula tak ada yang bisa menjelaskan mengapa bangunan di atasnya perlu dirobohkan menimpa mereka. Tak ada yang bisa melindungi kami dari kebiadaban genosida ini. Tidak bangunan beton, tidak pula tenda ini. Di mana-mana berbahaya.

Buku A Diary of Genocide: Catatan Pembantaian Palestina 7 Oktober–30 Desember 2023 ditulis oleh orang yang dekat dan paham kondisi terkini Palestina, serta mengalami langsung serangan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, yakni Atef Abu Saif, seorang Menteri Kebudayaan Otoritas Palestina. Berisi catatan harian lengkap terkait situasi Gaza, pembaca dapat melihat dan merasakan kengerian genosida yang saat ini tengah dialami warga Palestina.

 

2. Kartini : Sebuah Novel – Abidah El Khalieqy

Pesan Bukunya Di Sini

“Aku tidak akan menikah. Aku bisa jadi diriku sendiri. Aku bisa berdaya tanpa laki-laki.” Dia hanya lulusan E.L.S. Bagaimana mungkin berani melantangkan sumpah menentang ikatan pernikahan? Menabrak akar tradisi, perempuan muda itu juga memiliki perspektif tentang dunia yang begitu jauh. Meradang terhadap ketidakadilan zamannya, pemberontakan Sang Putri Pingitan bak moncong senjata, yang bahkan mengentak kesadaran seorang Ratu Wilhelmina. 

Memahami Kartini, berarti menyelami perasaannya akan nasib Ngasirah yang terusir dari rumah utama. Menyelami pedihnya harus memanggil ibu kandungnya itu dengan sebutan Yu, layaknya kepada pembantu. Menghayati lukanya menyaksikan Kardinah, adik kandungnya, menderita akibat dijadikan istri kedua; melihat kepedihan perempuan yang seolah menjadi-jadi usai pernikahan. Sementara di sisi lain, dia harus pula menghadapi para politisi busuk yang menikungnya dengan berbagai tindakan brutal. Sungguh sebuah hidup yang penuh, bahkan ketika pada akhirnya Kartini menemukan satu-satunya yang dia kehendaki, “Ingin betul saya menggunakan gelar tertinggi, yakni hamba Allah.”

Novel ini benar-benar memberikan wawasan terhadap kehidupan dan sepak terjang Kartini. Teknik penulisannya begitu apik, rasanya seperti benar-benar dibawa menyaksikan tiap adegannya di depan mata. Dengan membaca buku Kartini karangan Abidah El Khalieqy, kita jadi lebih mengerti mengapa hari lahir R.A. Kartini-lah yang dipilih untuk diperingati sebagai hari besar nasional.

 

3. Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia – Kevin W. Fogg

Pesan Bukunya Di Sini

Sejarah Revolusi Indonesia dipenuhi penggambaran perang revolusi sebagai perang nasionalistis atau berbasis kelas. Dalam kajian besar ini, Kevin W. Fogg meninjau ulang Revolusi Indonesia (1945-1949) sebagai perjuangan umat Islam. Dalam spirit keagamaan inilah, kaum Muslim taat—yang jumlahnya hampir separuh populasi—berperang. Mereka teryakinkan dengan seruan jihad dari ulama dan kiai bahwa mereka sedang menjalankan perang sabil melawan kaum kafir penjajah.

Namun di kancah politik, para pemimpin nasional mengesampingkan unsur Islam ketika mereka merumuskan dokumen-dokumen pendirian Indonesia. Dengan cara itu, mereka menciptakan preseden revolusi yang terus berdampak pada negara sampai saat ini. Studi tentang perang anti-penjajah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia ini menunjukkan bagaimana Islam berfungsi sebagai ideologi revolusi pada era modern.

Ditulis oleh Kevin W. Fogg, seorang rekanan peneliti di Oxford Center for Global, History and Brasenose College, University of Oxford, buku Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia mengangkat tema-tema yang sangat dekat dengan kita dan dijelaskan dengan bahasa ringan serta mudah dipahami. Informasi yang disajikan berdasarkan wawancara langsung dengan berbagai pihak.

Itu dia tiga rekomendasi buku yang cocok kamu baca untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Yang mana favoritmu?

 

 

Sumber: https://www.goodreads.com