Mengenal Tuhan dalam Diam, Tuhan itu dikenali, Emha Ainun Nadjib, belajar iman, buku cak nun

Mengenal Tuhan dalam Diam: Belajar Iman dari Emha Ainun Nadjib

Ditulis oleh Minou, Admin Noura,  

Yuk, bagikan artikel ini!

Mengenal Tuhan dalam Diam: Belajar Iman dari Emha Ainun Nadjib

Nourans, pernahkah kalian merasa kehilangan arah, padahal hidup tampak baik-baik saja? Di tengah zaman yang bising oleh debat tentang kebenaran, terkadang kita lupa bahwa iman bukan sekadar adu suara. Tapi sudah seberapa jauh kita meneladani Nabi dalam mengenali dan mendekati Tuhan.

Inilah gagasan besar yang ditawarkan Emha Ainun Nadjib dalam bukunya Tuhan Itu Dikenali, Bukan Dibela. Buku ini bukan sekadar kumpulan ceramah, melainkan undangan untuk pulang: kembali kepada hakikat iman yang penuh cinta, bukan marah-marah.

Ketika Iman Tak Lagi Sekadar Ritual

Cak Nun mengajak kita menengok ulang perjalanan spiritual kita. Ia menulis, hidup ini bukan lomba panjat pinang duniawi—bukan tentang siapa paling kaya atau paling viral. Tapi siapa yang paling sadar bahwa setiap langkahnya adalah jawaban atas undangan Tuhan.

Melalui gaya tutur khasnya yang akrab dan jenaka, Cak Nun menegaskan bahwa ibadah bukan hanya soal ritual, tetapi soal kesadaran. Menyapu jalan dengan cinta bisa lebih suci daripada jabatan tinggi tanpa integritas. Bekerja dengan hati bisa lebih mulia daripada gelar tanpa makna.

Dakwah Itu Merangkul, Bukan Menghakimi

Buku ini juga menyorot fenomena orang-orang yang “berani bicara atas nama Tuhan” tanpa memahami esensi ajaran-Nya. Emha mengingatkan: jangan sampai kita merasa sedang membela Tuhan, padahal hanya sedang membela ego.

Ia menulis, kalau ada anak kucing jatuh ke parit, jangan hanya teriak: “Wahai kucing, keluarlah dari parit najis itu!” Turunlah, peluk kucing itu. Karena dakwah sejatinya adalah cinta, bukan intimidasi.

Lewat refleksi ini, kita diajak untuk lebih tenang dalam menyikapi perbedaan. Bukankah Islam diturunkan sebagai rahmat, bukan alat saling menyakiti?

Waktu, Iman, dan Kesadaran Diri

Buku Tuhan Itu Dikenali Bukan Dibela karya Emha Ainun Nadjib

Salah satu bab yang paling memikat dalam buku ini adalah ketika Cak Nun membahas waktu. Ia menghubungkan Surah Al-‘Ashr dengan teori relativitas Einstein dan spiritualitas Jawa. Waktu bukan hanya sesuatu yang bisa diukur dengan jam, tapi yang bisa dirasakan dengan hati.

Ia menulis, orang Barat mungkin menaklukkan waktu dengan mesin, tapi orang Timur—terutama Jawa—menaklukkannya dengan wirid, iktikaf, dan keheningan. Waktu bisa melambat ketika kita tenggelam dalam kesadaran, dan itulah yang membuat hidup jadi penuh makna.

Nourans, buku Tuhan Itu Dikenali, Bukan Dibela mengajak kita untuk lebih mengenal Tuhan lewat batin, bukan debat. Ini bukan buku yang menggurui, tetapi menemani. Bukan tentang siapa yang paling benar, tapi siapa yang paling sadar.

Kalau kamu sedang mencari bacaan yang akan menenangkan, membuka cakrawala iman, dan mengajakmu merenung dalam, maka buku ini adalah jawabannya.

 

[ PESAN BUKUNYA DI SINI ]


Referensi:

  •     Emha Ainun Nadjib. Tuhan Itu Dikenali, Bukan Dibela. Noura Books, 2025.
  •     Al-Qur’an Surah Al-‘Ashr dan QS Al-Isrâ’ [17]: 36.
  •     Microsoft Civility Index 2021 – https://news.microsoft.com