Search
Close this search box.

Mengapa Kita Rindu padahal Belum Pernah Bertemu?: Membayangkan Sosok Nabi Muhammad Saw.

Ditulis oleh Minou, Admin Noura

Yuk, bagikan artikel ini!

Sebagai utusan terakhir Allah Swt., Nabi Muhammad Saw. menjadi teladan yang sempurna bagi umat Islam. Di tengah carut marut kehidupan ini, rasanya wajar apabila rasa rindu terhadap Rasulullah Saw. menjadi kian mendalam, yaitu kerinduan akan sosok yang menyejukkan hati dan pikiran, serta menjadi panduan dalam setiap tutur kata dan tindakan. Namun, bagaimana bisa kita merindukan kehadiran sosok yang belum pernah kita temui sekalipun? Pernahkah tebersit di benakmu untuk membayangkan bagaimana paras Nabi Muhammad Saw.? 

Meskipun tidak pernah ada peninggalan sejarah yang menunjukkan wajah dan fisik Nabi Muhammad Saw. secara utuh, tetapi para sahabatnya banyak mengisahkan bagaimana rupa Rasulullah Saw. 

Jika salah satu di antara kita pernah mempertanyakan seberapa indah wajah Rasulullah Saw., mulailah dengan membayangkan betapa indahnya bulan purnama yang muncul di tengah malam yang paling gelap. Keindahan tersebut digambarkan Anas bin Malik r.a. melalui riwayatnya: 

“Ada suatu malam yang sebenarnya ingin saya bandingkan. Aku memandangi bulan purnama, lalu kupandang wajah Rasulullah Saw. Aku bertanya pada diriku sendiri, mana yang lebih bersinar? Dan, aku tersadar bahwa wajah Rasulullah Saw. lebih bersinar dan lebih indah dari bulan purnama di tengah gurun pasir.”

Apakah kamu bisa membayangkan keindahan yang pancarannya lebih indah dari bulan purnama? Itulah rupa Nabi Muhammad Saw. 

Umm Ma’bad r.a. mendeskripsikan bagaimana rupa Nabi Muhammad Saw. Dalam riwayatnya, ia menggambarkan sosok Rasulullah Saw. yang memiliki mata dengan warna yang sempurna, baik pada bagian hitam maupun putihnya. Diikuti dengan bulu mata yang panjang, serta alis yang besar dan melengkung, penuh dan hampir menyatu, tetapi ada ruang yang indah tepat di antara keduanya, di mana cahaya akan terpancar dari sana. Pada bagian dahi, Rasulullah Saw. memiliki dahi yang menonjol dan di keningnya terdapat urat yang hanya akan terlihat ketika ia sedang merasa kecewa.  

Nabi Muhammad Saw. memiliki hidung yang tidak rata dan juga tidak terlalu lancip. Hidungnya memiliki kilauan yang unik yang membuatnya terlihat menonjol. 

Ketika Nabi Muhammad Saw. membuka mulutnya, kita akan melihat giginya dan tersusun sempurna. Rasulullah Saw. juga digambarkan memiliki mulut yang lebar dan memiliki artikulasi yang sempurna, sehingga kita bisa mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan oleh Rasulullah Saw. 

Hal yang hampir tidak pernah terlewat saat para sahabat nabi menggambarkan keindahan parasnya ialah tentang senyuman Nabi Muhammad Saw. Dalam suka maupun duka, Rasulullah Saw. selalu memancarkan senyum di wajahnya. Ka’ab bin Malik r.a. menyebutkan dalam riwayatnya, “Ketika dia bahagia, maka wajahnya akan semakin bersinar.” 

Kita dapat merujuk pada riwayat para sahabat nabi dalam mencari tahu gambaran paras Nabi Muhammad Saw. Namun, meskipun kita tak memiliki gambaran yang utuh mengenai fisik Rasulullah Saw., janganlah sampai mengurangi rasa rindu dan cinta kita terhadapnya. 

Sebab, merindukan Rasulullah Saw. tak hanya perihal merindukan sosok yang telah tiada, tetapi merindukan kehadirannya di dalam hati untuk menuntun kita dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan sesuai dengan kaidah dan syariat-Nya.

Buku Meeting Muhammad, karya Omar Sulaiman, yang bergenre syamail—membahas ciri fisik dan sifat Nabi Saw.—ini setidaknya bisa sedikit mengobati rasa rindu kita kepada Nabi Saw.

[PESAN BUKUNYA DI SINI]

 

 

Sumber:

Yaqeen Institute 

His Appearance | Meeting Muhammad ﷺ Episode 1

https://www.youtube.com/watch?v=GOPiPx5tvB0&list=PLQ02IYL5pmhHvZ02LKQVeey8H-2XBKMGb&index=5