Love & Gelato

Ditulis oleh ,

Yuk, bagikan artikel ini!

“Kau akan berhasil. Hidupmu akan berlanjut, dan semuanya akan berubah menyenangkan.” (hlm. xi)

LINA. Hidupnya berubah kala ibunya meninggal karena kanker yang beberapa bulan menggerogotinya. Ibunya punya pesan yang membuatnya cukup ragu untuk menjalankannya. Dia harus menemui seseorang di Italia, yang bahkan belum tahu wajahnya sekalipun. Ibunya berpesan agar ia tinggal dengan laki-laki tersebut yang dianggap ibunya sebagai ayah yang akan mengurusnya dengan baik.

Dengan berat hati, dia menjalani perintah ibunya itu karena di Amerika memang tidak ada lagi tempat bersandar. Apalagi neneknya sangat mendukung wasiat ibunya itu. Hanya Addie, sahabatnya di sekolahnya yang sangat peduli dengan keadaannya. Dan orang pertama yang paling tahu tentang keberadaan Lina ketika pindah ke Italia adalah sahabatnya itu. Addie saking cemasnya dengan keadaan Lina, sampai rela menyuruhnya pindah ke rumahnya jika tidak betah tinggal di Italia. Sedekat itu persahabatan mereka.

Pasti berat bagi Lina yang pendiam, harus menemui seseorang yang sama sekali belum pernah ditemuinya dan harus tinggal bersamanya. Lebih epiknya lagi, ternyata seseorang itu tinggal di dekat pemakaman. Ya, karena Howard, lelaki itu telah puluhan tahun menguurusi sekitar empat ribuan makam tentara di situ. Bayangkan, tinggal dekat pemakaman yang super sunyi x))

 

“Ya. Dia pria terbaik yang pernah kukenal. Dia akan melindungimu.”

“Melindungiku dari apa?”

“Keadaannya akan menjadi sulit. Kita tidak perlu membicarakannya sekarang, tapi aku ingin memastikan kau mendengar keputusanku langsung dari mulutku sendiri. Kau akan membutuhkan seseorang. Setelah ini. Dan, kupikir dia pilihan terbaik untuk itu.”

“Mom, itu bahkan tidak masuk akal. Kenapa aku harus tinggal dengan orang asing?”

“Lina, Howard adalah teman yang menakjubkan. Kau akan benar-benar menyukainya.”

“Aku meragukannya. Dan, kalau dia memang sebaik itu, mengapa aku tidak pernah bertemu dengannya?” (hlm. xi)

Seperti remaja pada umumnya, Lina butuh penyesuaian untuk adaptasi di tempat barunya. Selain Howard, ada Sonia yang juga tinggal di rumah itu, memberikan sebuah jurnal yang dikirimkan almarhumah ibunya sebelum dia meninggal. Ya, ibu Lina suka sekali menulis jurnal. Jika jurnal-jurnal lainnya sudah Lina bereskan saat ibunya meninggal, jurnal yang ia dapatkan dari Sonia ini menggelitik hatinya. Apa alasan khusus ibunya menitipkan jurnal ini?

Di tempat baru, artinya dia harus mencari teman baru. Ada Ren, si cowok skuter dengan rumah jahenya yang isinya penuh dengan buku-buku yang tergeletak di sudut. Seluruh ruangan dipenuhi lemari buku yang menjulang sampai ke langit-langit dan ribuan buku dijejalkan serampangan ke dalam rak-raknya. Ya, orangtua Ren adalah penggila buku.

Kemudian ada juga Ellena yang rumahnya bak istana. Selain Ren, ada cowok cakep lainnya: Thomas namanya. Ketika Lina menceritakan teman-teman barunya pada Addie lewat telepon, Addie seperti remaja pada umumnya, langsung searching nama Thomas di sosial media. Ya, zaman sekarang ternyata nggak hanya di Indonesia, di Italian pun kalau kenal dengan seseorang, hal pertama yang ditelusuri pasti akun sosial medianya, ya kaannn?

Tidak mudah Lina menjalin hubungan dengan Howard yang harus dipanggil ayah ini. Lewat gelatolah hubungan mereka akan melumer. Selain itu, Lina penasaran dengan kisah ibunya, dan dia akan menelusurinya lewat jurnal yang diberikannya itu. Akan banyak rahasia yang terkuak.

Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Kau pasti pernah mengalami hari-hari buruk, kan? (hlm. vii)
  2. Anggap saja ketidaktahuan adalah berkah. (hlm. ix)
  3. Orang-orang dewasa selalu saja berusaha keras. (hlm. 11)
  4. Bertemu orang-orang baru bisa menimbulkan rasa cemas. (hlm. 107)

Peresensi: Luckty Si Pustakawin