Pernah dengar ungkapan, “Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi?” Ungkapan ini sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tunggu dulu! Apa benar sakit hati dampaknya tidak sedahsyat sakit gigi? Faktanya, sakit hati tak hanya berdampak pada perasaan, tetapi juga bisa memengaruhi kesehatan fisik kita secara serius.
Dalam buku How Can I Be Grateful When I Feel So Resentful? dijelaskan bagaimana rasa sakit emosional, termasuk sakit hati, bisa memengaruhi kesejahteraan kita secara keseluruhan. Yuk, kita telusuri lebih dalam dampak sakit hati terhadap tubuh!
1. Hormon Kortisol yang Melonjak
Saat seseorang mengalami patah hati, tubuhnya memproduksi hormon kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres. Ketika hormon ini meningkat, tubuh masuk ke mode fight or flight, yang justru dapat merugikan dalam jangka panjang. Dampak negatifnya meliputi:
- Tekanan darah meningkat
- Gula darah melonjak
- Risiko obesitas bertambah
Apabila dibiarkan terus-menerus, lonjakan kortisol ini dapat menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit kronis.
- Sistem Kekebalan Tubuh Menurun
Ketidakseimbangan hormon akibat stres emosional juga berdampak pada sistem imun tubuh. Akibatnya, tubuh menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit, mulai dari flu ringan hingga infeksi yang lebih serius. Sakit hati, secara tidak langsung, membuat tubuh kita “lelah” dan lebih sulit melawan ancaman dari luar.
- Risiko Kematian Akibat Takotsubo Cardiomyopathy
Kondisi medis ini dikenal sebagai broken heart syndrome atau sindrom patah hati. Menurut laman Halodoc, takotsubo cardiomyopathy terjadi karena melemahnya otot jantung akibat stres emosional yang berat. Gejala ini bisa menyerupai serangan jantung dan, dalam beberapa kasus, dapat berujung pada kematian mendadak.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Saat menghadapi sakit hati, penting untuk merawat diri secara fisik dan mental. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba:
- Kelola stres dengan baik – Lakukan meditasi, yoga, atau olahraga ringan untuk menenangkan pikiran.
- Cari dukungan emosional – Jangan ragu untuk bercerita pada teman, keluarga, atau konselor.
- Bersyukur – Dalam buku How Can I Be Grateful When I Feel So Resentful?, kita diajak untuk menemukan rasa syukur bahkan di tengah rasa kecewa. Bersyukur membantu kita fokus pada hal-hal positif dalam hidup.
Bangkit dari Sakit Hati dengan Buku How Can I Be Grateful When I Feel So Resentful?
Ungkapan “lebih baik sakit gigi daripada sakit hati” mungkin perlu kita pertimbangkan ulang. Sakit hati tak hanya melukai emosi, tetapi juga membawa dampak negatif bagi tubuh kita, bahkan bisa mengancam nyawa. Jadi, daripada terus terpuruk dalam sakit hati, lebih baik mulai merawat diri dan melatih rasa syukur.
Yuk, pilih untuk hidup sehat secara fisik dan mental. Sudah siap untuk bangkit dari sakit hati? Jangan lupa baca buku How Can I Be Grateful When I Feel So Resentful? untuk menemukan inspirasi baru!
[PESAN BUKUNYA DI SINI]
Sumber: https://www.halodoc.com/artikel/perlu-tahu-ini-penyebab-dan-cara-mengatasi-sindrom-patah-hati?srsltid=AfmBOopKdqovLTxNTCmjyQ1lQX6tSwP4cvMSDzAsB8RJOaiHqvqbYY43