Pak Budi Darma, ketika berkunjung ke kantor Noura Publishing beberapa waktu lalu, menyebut bahwa semenjak pertama kali mengirim cerpen di Kompas, tidak pernah sama sekali cerpennya dikembalikan. Minta diperpendek karena kepanjangan, memang pernah. Dalam buku Budi Darma: Karya dan Dunianya, disebutkan pula, cerpen pertama yang ditulis sekali duduk saat di rumah indekos milik Nugroho Notosusanto, saat masih kuliah di UGM, seketika dikirim di Kompas dan dimuat.
Wah, senang ya. Sekali kirim dimuat dan enggak pernah ditolak. Tapi, kalau mau begitu harus jadi Budi Darma dulu yaaaa…..?
Nasib novel tidak jauh beda. Ada banyak yang harus menerima beberapa penolakan terlebih dahulu, sebelum naskah tersebut terbit dan menyapa pembaca. Banyak kisah yang sudah kita dengar. Yang membuat kita dapat menarik kesimpulan, bahwa penulis yang kita anggap besar sekarang pernah menjadi bukan siapa-siapa dan naskahnya ditolak penerbit juga.
Dan setiap kali kita mengirim naskah ke email redaksi penerbit, selalu ada janji waktu tenggat pembacaan dan memberi keputusan, diterima atau dikembalikan. Biasanya tiga bulan.
Baca juga: Ditolak 200 kali, Penulis Ini Tak Jera
Namun, percayalah tidak sedikit yang harus menunggu berlama-lama untuk sekadar mendapatkan email jawaban dari editor dan redaksi. Kok bisa?
Sebelum menjawab itu, kita balik lebih dahulu kondisinya. Mengapa ada naskah yang langsung dibalas cepat oleh redaksi. Kemungkinannya dua, naskah sangat bagus atau sebaliknya naskah sangat buruk dan enggak menarik dibaca sedari judul dan halaman awal. Maka editor enggak perlu berlama-lama menimbang dan lekas memutuskan.
Baca juga: Tabrak Aturan, Jadilah Pemenang!
Dan bila naskah kamu menunggu lama, mungkin ada beberapa alasan. Mungkin naskah kamu tidak lagi uptodate dan menunggu momentum yang tepat. Maka editor perlu menunggu waktu yang tepat dan karena menunggu itulah jadi diberi jeda cukup panjang. Atau mungkin karena naskahmu dirasa banyak sekali yang perlu dipermak, dan saking banyaknya editor kadang perlu menyusun banyak daftar untuk dikasihkan ke kamu. Dan alasan yang sangat pasti terjadi adalah, editor sedang mengantre membaca naskah yang satu demi satu masuk ke email redaksi. Naskah yang masuk bukan cuma satu milikmu. Semakin banyak, akan semakin membuat antre editor membaca.
Menunggu memang menyebalkan. Tetapi menunggu jawaban editor adalah seni dan kisah yang akan dikenang ketika kelak naskah kita sudah lahir menjadi buku. Jadi dinikmati dan sambil menunggu, kamu bisa menyiapkan draf naskah judul baru.
Mau merasakan sensasi menunggu. Kirimkan dahulu naskah kamu ke meja redaksi Noura Publishing. Caranya bisa ditengok di sini . [ta]