Description
Aku menangis, sebab aku begitu ingin menemui lelaki yang menyimpan tatapan matanya di surga. Sebab aku begitu lelah dengan mata lelaki yang meneliti setiap pori pada kulitku. Sebab aku begitu jenuh dengan tubuhku yang menyimpan magnet sehingga mata-mata itu lekat padanya.
Adakah? Lelaki surga yang menyimpan tatapan matanya? Menukarnya dengan cinta sebab aku seorang mukminah, sebab aku seorang salihah? Dan, bukan karena wajah serta tubuhku yang membuatnya terpikat?
Endorsment:
“Antologi cerpen dengan sentuhan moralitas halus—seolah menyapa tanpa suara. Mencengkeram sekaligus membebaskan.”
— Maman S. Mahayana, Dosen dan Peneliti Fakultas Sastra UI
“Cerpen-cerpen Intan sangat manusiawi dan menghanyutkan.”
–Eka Budianta, Sastrawan, anggota Dewan Etik Satupena, Persatuan Penulis Indonesia.