Search
Close this search box.

Mau Hidup Lancar-Lancar Aja?
Mau Hidup Sesuai yang Diinginkan?
Mau Tahu Caranya?

Wah, nggak asyik banget kalo hidup kita lancar-lancar aja, halus, mulus, semuanya sesuai dengan yang diinginkan.

Santuy aja kalau hidup berjalan tidak sesuai mau kita. Ujian nggak lulus, sekolah kedokteran kerja marketing, kekasih minta putus saat mau dilamar, orang yang kita cintai pergi untuk selamanya–hidup kadang begitu.

Penulis: Nadirsyah Hosen dan Maman Suherman 

Penyunting: Ahmad Najib

Jumlah Halaman: 240 hlm

Jenis Kertas Sampul: FC 4/0 art carton 230 gr, doff, spot uv, embosse

Jenis Kertas Isi: Book Paper 55 gr, 2/2 Black + TC 3814

ISBN: 978-623-242-111-0 

Nadirsyah Hosen, yang lahir pada 8 Desember 1973, adalah Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand. Menempuh pendidikan formal dalam dua bidang yang berbeda, Ilmu Syariah dan Ilmu Hukum, sejak S1, S2 dan S3. Pemegang dua gelar Ph.D. ini memilih berkiprah di Australia, hingga meraih posisi Associate Professor di Fakultas Hukum, University of Wollongong. Namun kemudian, dia “dibajak” untuk pindah ke Monash University pada tahun 2015, di mana Monash Law School adalah salah satu Fakultas Hukum terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Di Kampus Monash, beliau mengajar Hukum Tata Negara Australia, Pengantar Hukum Islam dan Hukum Asia Tenggara. Sudah lebih dari 50 artikel di publikasi internasional dan 16 buku yang dihasilkannya.

Gus Nadir, begitu warga NU biasa menyapanya, adalah putra bungsu dari almarhum Prof. K.H. Ibrahim Hosen, seorang ulama besar ahli fiqih dan fatwa yang juga pendiri dan rektor pertama Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) dan Institut Ilmu Al-Quran (IIQ), dan 20 tahun menjadi ketua MUI/Ketua Komisi Fatwa (1980-2000). Dari Abahnya inilah Gus Nadir belajar mengenai ilmu tafsir, fiqih, dan ushûl al-fiqh. Dari jalur Abahnya pula dia memiliki sanad keilmuan melalui Buntet Pesantren. Gus Nadir juga belajar ushûl al-fiqh kepada almarhum K.H. Makki Rafi’i yang pada masa pensiunnya menetap kembali di Cirebon. Gus Nadir juga belajar Bahasa Arab dan Ilmu Hadis kepada almarhum Prof. Dr. K.H. Ali Musthafa Ya‘qub. Kyai Makki dan Kyai Ali Musthafa alumni dari Pesantren Tebuireng, maka sanad Gus Nadir baik dari jalur Buntet maupun Tebuireng menyambung sampai ke Hadratus Syaikh Hasyim Asy‘ari (Allâh yarham). Tahun 2012, saat sabbatical leave dari kampus tempat dia bekerja, Gus Nadir memilih meneruskan studinya di Mesir, sambil berziarah ke makam para aulia.

Walhasil, latar belakang pendidikan formal dan nonformal Gus Nadir membawanya ke dalam posisi yang unik. Kajian klasik-modern; timur-barat; hukum Islam-hukum umum dikuasainya. Menjadi dosen di kampus kelas dunia, tapi juga ikut mengasuh Ma‘had Aly Pesantren Raudhatul Muhibbin di Caringin Bogor pimpinan Dr. K.H. Luqman Hakim; diundang sebagai pembicara di berbagai seminar internasional namun juga rutin setiap bulan mengurusi majelis khataman Quran. Tak heran dia menjadi orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang diangkat sebagai dosen tetap di Fakultas Hukum, Australia. Pergaulannya luas, akrab dengan para professor kelas dunia begitu juga dengan para Gus dan Kiai pondok pesantren di tanah air. Ini karena pembawaan Gus Nadir sendiri yang ramah, humoris, santun, dan santai. Tahun 2019 Gus Nadir akan memulai membuka kursus online keislaman untuk menebar Islam yang rahmatan lil-âlamîn di ranah medsos.[]

Maman Suherman atau yang lebih dikenal dengan panggilan Kang Maman lahir di Makassar. Pegiat literasi yang memberi perhatian pada kalangan Milenial ini memiliki segudang pengalaman di bidang penulisan dan kreatif baik sebagai jurnalis maupun sebagai orang TV. Beliau tercatat sebagai pembina di berbagai komunitas literasi.

Saat ini Kang Maman banyak diundang untuk berbagi ilmu dan pengalaman sebagai pembicara, pengajar di kampus, narasumber dan moderator di berbagai acara, mulai dari seminar, workshop, pelatihan, ulang tahun perusahaan, penjurian, hingga bedah buku.

Baca Selengkapnya

Penggagas “Panasonic Award” dan presenter acara talkshow “Mata Hati” ini pernah menjabat sebagai Managing Director salah satu rumah produksi terkenal, dan masih aktif sebagai Public Relation salah satu kantor pengacara di Jakarta. Beliau tercatat sebagai penulis lepas di beberapa media. Puncak kariernya sebagai wartawan diraih ketika beliau didapuk sebagai Pemimpin Redaksi di salah satu majalah terbitan Kelompok Kompas Gramedia.
Di dunia pertelevisian, Kang Maman dikenal sebagai NoTulen di acara Indonesia Lawak Klub, salah satu acara yang ikut digagasnya. Beliau juga pernah berperan sebagai mentor di salah satu program Stand Up Comedy. Dari tulisan Kang Maman sudah lahir puluhan naskah program televisi. Pengalamannya sebagai produser dan sutradara telah menghasilkan puluhan program acara yang ditayangkan di berbagai stasiun TV nasional.
Sampai hari ini, ada 13 buku beliau yang sudah diterbitkan oleh Kelompok Penerbit Gramedia. Di antaranya dua novel yaitu Re dan PeRempuan. Beliau juga menjadi penulis dan editor buku “Wimar Witoelar: Menuju Partai Orang Biasa” yang diterbitkan tahun 1997.

Tak hanya di dunia jurnalis dan TV, Kang Maman juga pernah aktif di dunia radio sebagai penyiar dan/atau penulis naskah. Di antaranya Radio Suara Kejayaan, Prambors, Female Radio, Woman Radio, Delta FM dan Safari FM. Dan terakhir, Kang Maman juga pernah berprofesi sebagai Bintang Iklan.[]