Search
Close this search box.

Berhenti ≠ Gagal: Mengenali Sinyal Kapan Harus Berhenti dari Quit Karya Annie Duke

Ditulis oleh Minou, Admin Noura

Yuk, bagikan artikel ini!

Memilih berhenti saat menekuni sesuatu sering kali dianggap sebagai orang yang gagal. Sebab, kita hidup di tengah masyarakat yang tumbuh dengan persepsi bahwa keteguhan dalam mencapai tujuan akan membawa kita pada kesuksesan. Kita didorong untuk selalu berjuang sampai titik darah penghabisan meskipun “sinyal-sinyal” untuk berhenti sudah bermunculan. 

Dalam video yang diunggah oleh kanal YouTube milik Daily Stoic yang bertajuk “Annie Duke on Knowing When to Quit”, Annie Duke berbagi pandangannya tentang strategi berhenti dengan bijak dan cerdas. Baginya, kemampuan untuk berhenti adalah keterampilan yang vital dalam menjalani hidup. Sayangnya, tidak semua orang menyadari dan memiliki kemampuan tersebut. Dalam konteks pengambilan keputusan, berhenti memberi kesempatan bagi kita untuk melakukan evaluasi dan refleksi. Jangan-jangan, apa yang kita pertahankan selama ini hanyalah investasi waktu dan emosi yang “sia-sia”? 

Bagi Annie Duke, manusia sering kali terjebak dalam pemikiran “sunk cost bias” saat dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit dalam hidup. Sayangnya, banyak orang yang justru berakhir pada pilihan tidak rasional dan cenderung merugikan. Mereka memilih untuk bertahan hanya karena telah menginvestasikan waktu, tenaga, dan perasaan dalam waktu yang lama, meskipun pilihan tersebut sudah tidak lagi menguntungkan. 

Sebagai mantan pemain poker profesional, Annie Duke juga menggarisbawahi untuk menggunakan prinsip dalam permainan poker dalam mengambil keputusan yang efektif dan rasional, yaitu dengan terbuka pada informasi, memahami probabilitas, mempertimbangkan risiko dan reward/imbalan dari suatu pilihan atau tindakan, serta adaptif dalam merespons perubahan, khususnya dari hal-hal yang tidak menjanjikan. 

Keterampilan memilih berhenti perlu didukung dengan kemampuan untuk mengakui keterbatasan yang kita miliki. Dengan demikian, kita akan fokus kepada prioritas dan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini selaras dengan prinsip stoik, yaitu untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan.  

 

Pada akhirnya, berhenti bukanlah sebuah kelemahan atau pilihan dari orang-orang yang “gagal”. Sebaliknya, berhenti hanya untuk mereka yang berani, yaitu berani untuk berputar arah dan merelakan hal-hal yang sudah dikorbankan demi mencapai tujuan dengan lebih efektif. 

Temukan Quit: Kekuatan untuk Memilih Kapan Saatnya Berhenti karya Annie Duke di sini! 

[PESAN BUKUNYA DI SINI]