Hidup di dunia hanyalah sementara dan setiap orang pasti akan menghadapi kematian. Seperti yang tertulis di dalam Al-Qur’an, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami, kamu dikembalikan (QS Al-‘Ankabût [29]: 57). Namun, dalam Islam, kematian merupakan awal perjalanan menuju kehidupan yang kekal. Dunia menjadi tempat mempersiapkan bekal, sebab apa yang kita tanam di dunia akan kita tuai hasilnya di akhirat kelak. Setiap hal baik dan buruk yang kita lakukan akan diperhitungkan dan dimintai pertanggungjawaban. Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan kehidupan yang “sebenarnya”?
Keimanan, Ketakwaan, dan Amal Saleh
Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-Nahl [16]: 97)
Firman Allah Swt. di atas menyebutkan bahwa mereka yang senantiasa mengerjakan amal saleh akan menerima balasan yang jauh lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Sebab, hanya orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah yang mampu melakukannya. Sebagai seorang Muslim, iman dan takwa adalah fondasi kehidupan yang akan menuntun kita kepada kebaikan dengan menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya, sehingga setiap perbuatan kita dapat menjadi bekal pahala yang menolong kita di akhirat kelak.
Amalan yang Tak Pernah Terputus
Nabi bersabda, “Jika seorang wafat, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim). Sedekah jariah merupakan amalan yang pahalanya akan terus mengalir meski kita telah tiada. Beberapa di antaranya ialah memberi donasi untuk pembangunan sumber air, atau kebaikan-kebaikan lainnya yang memiliki manfaat berkelanjutan. Setiap kebaikan yang dilakukan orang lain melalui manfaat dari sedekah tersebut, pahala akan terus mengalir kepada pemberi sedekah.
Begitu pula ilmu yang bermanfaat, jika ilmu yang kita ajarkan diamalkan oleh seseorang, maka pahala ilmu itu juga tidak akan terputus meskipun kita sudah mati.
Dan, salah satu bekal yang penting setelah meninggal dunia adalah doa dari anak yang saleh. Bagi Nourans yang sudah memiliki buah hati, penting bagi kita untuk mendidik mereka menjadi pribadi yang saleh, yang senantiasa memanjatkan doa dan menjadi sumber pahala bagi orangtuanya.
Menjalin Hubungan Baik dengan Sesama
Selain menjalankan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., bekal yang tak kalah penting lainnya adalah menjaga hubungan yang baik dengan sesama. Rasulullah Saw. menekankan pentingnya menjaga silaturrahim, memaafkan, dan memperbaiki hubungan dengan orang lain selama kita masih diberi kesempatan hidup di dunia. Ingatlah bahwa kematian bisa datang kapan saja, dan menyelesaikan urusan dengan sesama akan menjadi bekal yang meringankan perjalanan kita di akhirat.
Sungguh merupakan cita-cita seorang Muslim untuk menghadap Allah Swt. dalam keadaan yang diridhai-Nya, dan kita bisa mewujudkan dengan mempersiapkan bekal kebaikan dalam menjalani hidup untuk menjemput kebahagiaan di surga-Nya. Namun, pernahkah tebersit di benakmu mempertanyakan tentang bagaimana kehidupan yang akan kita jalani di akhirat kelak? Buku Perjalanan Ruh karya Ibnu Qayyim Al-Jauzy merupakan salah satu karya klasik Islam yang membawa pembacanya pada pemahaman spiritual yang mendalam tentang perjalanan ruh manusia setelah meninggalkan dunia.