Ruang Tanpa Nama: Berkontemplasi dalam Pencarian Jati Diri

Ditulis oleh Minou, Admin Noura

Yuk, bagikan artikel ini!

“Ada ruang tanpa nama, mari berjumpa di sana.”

—Rumi

Ruang Tanpa Nama adalah buku yang ditulis oleh Deny dan Dame dalam pencarian mereka menuju moksha yang bersifat eksperiensial dan mengakar jauh ke dalam. Buku ini adalah dialog kedua penulis dalam mencari perjalanan spiritual lewat puisi-puisi legendaris. Dialog tentang puisi-puisi sakral dari berbagai zaman yang dimasukkan ke dalam buku ini bertujuan untuk mengungkapkan bahwa yang mendalam dan yang sakral bukanlah sesuatu yang bombastis dan sulit digapai, melainkan amat bersahaja dan senantiasa menemani kita. Puisi ternyata terungkap sebagai kesadaran keseharian kita sehingga lebih mudah dipahami.

Isu tentang spiritualitas yang ingin disampaikan oleh kedua penulis memang terkesan berat namun karena disajikan dengan dialog khas “warung kopi”, pembaca akan lebih mudah memahaminya. Satu hal yang pasti, segala interpretasi yang terjadi dalam dialog ini tidak ada benar dan salah. Pembaca juga bisa menemukan interpretasi yang berbeda-beda dalam memahami Ruang Tanpa Nama ini.

 

Apa yang dimaksud dengan Ruang Tanpa Nama?

Ruang Tanpa Nama adalah ruang kosong tak terbatas yang memungkinkan imajinasi dan kreasi. Ada juga yang menyebutkan bahwa Ruang Tanpa Nama ini adalah satu celah di dalam diri kita di mana kita bisa berdialog dan berhubungan langsung dengan Tuhan. Kenapa ruang ini “terkesan” kosong? Karena memang didesain seperti itu agar kita bisa berkontemplasi dan mencari jati diri serta menemukan pertanyaan-pertanyaan yang kadang kita sudah tahu jawabannya namun perlu pembenaran atau penguatan.

Hari minggu lalu, kami mengadakan acara Pembaca Pertama Ruang Tanpa Nama. Bersama 5 pembaca terpilih. Kami ingin mengetahui lebih dalam interpretasi mereka tentang buku ini. Kami menyiapkan satu bab yang membahas tentang HAIKU KOBAYASHI ISSA yang dibaca terlebih dahulu oleh 5 pembaca tersebut.

 

Haiku Kobayashi Issa, Bukan Sebatas Pertemanan Tikus dan Kunang-Kunang di dalam Gubuk

Dalam gubukku,

Tikus dan kunang-kunang

Saling berteman.

 

Haiku Kobayashi Issa ini menggambarkan perjalanan batin dan kontemplasi yang membawa kesadaran akan kesatuan di antara dualitas. Gubuk sederhana digambarkan sebagai tempat yang cukup untuk berteduh, mencerminkan sifat rendah hati dan bebas dari keinginan duniawi. Tikus dan kunang-kunang, meskipun berbeda dalam sifat dan perilaku mereka, berteman dalam gubuk ini, menggambarkan pemahaman bahwa tidak ada lagi pertentangan antara buruk dan baik, antara pikiran yang terjebak pada masa lalu dan masa depan, atau antara nalar dan hati. Haiku ini mengajak kita untuk merenungkan kesederhanaan serta penerimaan terhadap semua aspek kehidupan sebagai bagian utuh dari perjalanan spiritual.

Salah satu pembaca pertama mengungkapkan bahwa ketika dia membaca bagian dalam bab ini, dia merasa seperti mendapatkan “teguran”. Ada banyak keinginan di dunia ini yang ingin dicapai namun sebenarnya hanya perlu sebuah “gubuk” sederhana yang cukup sebagai tempat berteduh. Kunang-kunang diibaratkan hati kecil yang tidak bisa berbohong. Tikus-tikus diibaratkan sebagai bagian buruk dari dalam diri kita tapi kita tidak bisa menghilangkannya. Dan sebenarnya tidak perlu dihilangkan, karena tikus-tikus itu bisa menjadi pengingat untuk diri kita sendiri.

Bang Dame menuliskan bahwa ini adalah kondisi batin yang kita alami bersama dalam kontemplasi-kontemplasi kita setiap hari, bahwa kebencian dan juga kedamaian sudah lebur dalam satu kesatuan. Cinta, keindahan, itu sudah dileburkan dalam satu realitas, termasuk yang kita tolak. Haiku ini pendek tetapi langsung mengena, langsung terasa dalam kehidupan kita. Kobayashi Issa pasti sudah berdamai dengan “tikus-tikus” di dalam hidupnya. 

Mas Denny memaknai gubuk dalam haiku ini sebagai diri yang sudah bebas dari berbagai keinginan, diri yang sudah apa adanya. Diri yang sudah fakir, yang dibutuhkan hanyalah Tuhan. Bahkan, gubuk pun sudah cukup untuk berteduh.

Ruang Tanpa Nama menawarkan alternatif bacaan, khususnya bagi kita yang selama ini merasa penuh (atau bahkan kosong) dan ingin mencari jati diri. Kami menyebutnya sebagai Perjalanan Seorang Pencinta Tuhan. Ketika membacanya, perspektif kita dalam menjalani hidup bisa berubah total. Kita bukan hanya menyadari peristiwa, tetapi juga memaknai peristiwa yang terjadi dalam hidup kita.

Dapatkan buku Ruang Tanpa Nama dengan benefit Special Offer tanda tangan penulis dan diskon 15% di Mizan Official Shop!

[PESAN BUKUNYA DI SINI]