Deskripsi
“KPIPA’s Best National Book”
“The 31th Shin Dong-Yup Prize for Literature”
“Today’s Young Artist Award for Literature”
“Telah terjual lebih dari 100.000 eksemplar dalam 6 bulan di Korea”
Mungkin hal yang paling kurindukan bukanlah dirimu yang dulu kucintai, melainkan aku yang dulu mencintaimu sepenuh hati.
Keunggulan Buku
– KPIPA’s Best National Book 2017
– The 31th Shin Dong-Yup Prize for Literature 2013
– Today’s Young Artist Award for Literature 2017 dari Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea
– Telah terjual lebih dari 100.000 eksemplar dalam 6 bulan di Korea
– Peringkat ke-2 buku bestseller Yes24 pada Desember 2017 minggu pertama
– Sempat muncul di drama tvN berjudul Because This Is My First Life.
Penyair Park Joon merilis koleksi prosa pertamanya, Crying Doesn’t Change a Thing, yang memiliki judul yang sama panjangnya dengan buku koleksi puisinya yang pertama, I Fed Myself With Your Name, setelah persiapan yang sangat lama. Buku ini, dengan judul yang mampu dengan lembut menggoyahkan pikiran seseorang dan sampul yang menunjukkan sepasang kekasih tanpa wajah, yang menunjukkan bagian terdalam dari kisah Park Joon sebagai penyair dan sebagai seseorang yang terkadang menyukai puisi, tetapi terkadang juga menyukai prosa.
Buku ini adalah perwujudan dari penggabungan keindahan puisi dan prosa yang bisa dibaca sebagai koleksi puisi pada satu hari dan koleksi prosa pada hari lain. Dalam koleksi ini, khususnya, momen-momen kenangan akan dibangkitkan oleh observasi Park Joon yang hati-hati sekaligus gigih, yang pada akhirnya akan berhasil membuat kita meneteskan air mata.
“Semakin sering aku menikmati pemandangan mata-hari terbit dan terbenam, semakin aku melihat kemiripan di antara kedua peristiwa tersebut. Seperti wajahmu yang teramat cerah tanpa perlu sengaja tersenyum dan wajahku yang teramat bersinar tanpa perlu disembunyikan. Atau seperti kata “halo” saat bertemu dan “selamat tinggal” saat berpisah.
Sampul buku Crying Doesn’t Change a Thing sangat misterius. Seorang gadis yang mendayung perahu selagi sang lelaki memainkan harmonica, semua fitur wajah mereka dihilangkan. Mengapa mata mereka dihapus, juga hidung dan bibir mereka? Sama halnya dengan mengapa air mata menggenang di mata, hidung penuh ingus, dan sebuah lagu seolah disenandungkan dari sela bibir?
Mungkin saja mereka adalah adik kakak yang menyedihkan karena wajah mereka bersimbah air mata. Mungkin mereka sepasang kekasih yang akan berpisah karena wajah mereka bersimbah air mata. Mungkin mereka pasangan yang tengah menghadapi kematian karena wajah mereka bersimbah air mata. Sebagai seseorang yang sekadar menginterpretasikan begitu banyak kisah dari sebuah gambar saja, kesedihan yang tertumpah dari mata, hidung, dan bibir itu amat terasa. Jadi, selagi kau berjalan melewati rak buku, liriklah buku ini. Sebagai informasi, gambar di sampul adalah karya seorang pelukis Israel, Gideon Rubin, yang kini aktif di U.K.