Bisa dibilang, Ramadhan tahun ini begitu berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kita tidak dapat berkumpul dengan keluarga dan teman-teman untuk menyelenggarakan acara bukber (buka puasa bersama). Masjid-masjid sepi karena tidak adanya aktivitas salat Tarawih berjamaah—bahkan shalat berjamaah di masjid kini sangat tidak dianjurkan. Ditambah lagi, kita tidak bisa mudik ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri.
Ya, dengan adanya pandemi Covid-19, umat Muslim di seluruh dunia harus rela melaksanakan berbagai aktivitas Ramadhan di rumah masing-masing. Dengan adanya berbagai pembatasan, bukan tidak mungkin jika kadang kita merasa kurang bersemangat dalam menjalankan ibadah Ramadhan kita.
Dalam sesi siaran tanya-jawab yang diadakan oleh Yasmin Mogahed secara langsung di Facebook-nya pada 1 Mei pukul 23.00 waktu New York (2 Mei pukul 10.00 WIB), penulis Reclaim Your Heart ini mengingatkan bahwa lebih dari 1.400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Allah menjadikan wabah sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Syaratnya ada tiga, yaitu kita harus menahan diri di rumah, bersabar, dan menyadari bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi pada kita selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuk kita. Berdasarkan hadis riwayat Bukhari ini, jika ketiganya terpenuhi, niscaya kita akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid.
“Sebenarnya ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari situasi ini,” ujar Yasmin. Kemudian, Yasmin mengajak kita untuk mengamati berbagai hadis tentang bulan Ramadhan dan pahala Ramadhan. Contohnya, pada hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa pun yang menjalankan puasa selama Ramadhan karena keyakinan yang ikhlas dan berharap mendapatkan pahala dari Allah, maka semua dosanya di masa lalu akan diampuni,” (HR Bukhari Muslim).
Yasmin menyebutkan bahwa berbagai macam ibadah yang memang sudah seharusnya dilakukan selama Ramadhan masih tetap bisa kita kerjakan walaupun sambil berdiam di rumah. Kita masih bisa berpuasa, melaksanakan qiyamul lail (shalat malam), serta melihat malam lailatul qadar. Kita pun masih bisa membaca Al-Qur’an dan salat Tarawih di rumah. Allah tetap memberi kita kesempatan untuk mengumpulkan pahala Ramadhan sebanyak-banyaknya dari rumah kita sendiri.
Meskipun kita tidak bisa ke masjid, kita tetap bisa beribadah di rumah, karena Allah ada di mana pun kita berada. Bahkan, kata Yasmin, semua tempat di dunia ini merupakan sebuah masjid—kita bisa menyembah Allah di mana saja.
“Jika esensi Ramadhan bagi kita hanya acara buka puasa bersama dan salat Tarawih berjamaah di masjid, mungkin kita perlu mengubah fokus kita pada esensi Ramadhan yang sesungguhnya,” tegas Yasmin.
Bagi Yasmin, pandemi Covid-19 ini memberi pelajaran teramat berharga akan kuasa Allah.
“Allah tidak perlu mengirimkan gempa bumi, bala tentara, atau asteroid. Hanya dengan virus mikroskopik yang tak kasat mata, kini negara-negara di seluruh dunia dibuat tak berdaya. Ekonomi hancur.
“Allah Maha Menundukkan. Ketika Allah sudah membuat keputusan, tidak ada yang bisa kita perbuat. Saya rasa banyak negara yang menjadi arogan, terlalu percaya pada diri sendiri, dan menganggap mereka dapat mengendalikan segala sesuatunya … (Pandemi Covid-19) adalah alarm yang menyadarkan kita bahwa kita tidak memegang kendali. Ada kekuatan yang lebih besar. Kita sepenuhnya membutuhkan Allah SWT. Laa haula wa laa quwwata illa billah.”
Yasmin juga mengingatkan kita akan tiga hal yang dapat kita lakukan untuk melindungi diri sendiri dan keluarga dari bencana. Pertama, dengan bertobat, rajin ber-istighfar. Kedua, dengan bersyukur. Ketiga, melalui sedekah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya sedekah itu dapat meredam murka Allah ….” (HR. Tirmidzi).
Yasmin menyimpulkan bahwa pandemi ini mengajarkan kita akan welas asih kepada sesama. Khususnya di bulan Ramadhan yang menekankan pentingnya beramal dan membantu orang lain. “Ketika kita menolong orang yang membutuhkan, Allah pun akan menolong kita di saat kita membutuhkan-Nya.”[sher]